- Kemenag
Peringatan Menag Nasaruddin Umar Sebut Imam Bukan hanya Dipercaya Memimpin Shalat dan Hafal Quran, tapi Harus...
Riau, tvOnenews.com - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa, imam memang ditugaskan sebagai pemimpin shalat dan memiliki kelebihan menghafal Ayat Suci Al-Quran, tetapi juga harus menjadi sosok pemimpin komunitas.
Sebagai Menag, Nasaruddin Umar menyampaikan tugas imam tidak hanya menjadi pemimpin shalat dan mengetahui ayat Al-Quran saat acara pelantikan Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Provinsi Riau masa khidmat 2024–2029.
"Jadi, psikologi imam, kan itu seorang imam harus tahu sosiologi masyarakat, bukan hanya tahu hafal-hafal, bukan hanya memahami ilmu-ilmu yang sempit," ujar Menag Nasaruddin Umar di Riau, Rabu (23/4/2025).
Menurut Menag, imam bertugas sebagai pemimpin komunitas karena harus mempunyai wawasan luas, terutama di bidang sosial keagamaan.
- Istockphoto
Imam Besar Masjid Istiqlal itu memahami, salah satu kelebihan imam selain memimpin shalat, harus menghafal dan memiliki pemahaman secara tekstual.
Namun, keharusan menjadi imam dalam shalat yang dibutuhkan adalah bagaimana cara mempunyai wawasan secara menyeluruh, tidak sekadar di kedua aspek tersebut.
"Seorang imam harus berwawasan komprehensif," katanya.
Lebibh lanjut, Nasaruddin menjelaskan komunitas Muslim atau ummah harus dihadirkan karena memiliki peran penting yang begitu besar.
Ia menegaskan bahwa, ummah tidak hanya kelompok kabilah atau dengan nama lain ikatan primordial, namun harus bisa menjadi tempat saling berbagi karena dibekali wawasan luas.
Bagi Nasaruddin, kriteria yang cocok menjadi pemimpin di ummah biasanya dibekali dengan menanamkan rasa cinta kepada umat.
Selain itu, ummah juga menuntun bagi yang ingin masuk harus memiliki sopan santun, dan mempunyai sistem yang tertata dalam segi aturannya.
"Maka komunitas itulah yang disebut dengan ummah," tuturnya.
Menag RI itu berpendapat bahwa, masjid paling tepat sebagai tempat atau pusat kegiatan untuk umat agar membentuk dimensi berbasis sosial dan spiritual, tidak hanya sekadar tempat shalat.
Ia mencontohkan kegiatan aktivitas sosial yang sangat cocok untuk mengubah stigma masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, salah satunya meeting point atau rapat antara langit dan bumi.