- Istimewa
Kisah Gus Dur Bersama Pak AR, Bikin Jemaah NU Malah Jadi Muhammadiyah di Ramadhan
tvOnenews.com - Presiden ke-4 RI, almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Allahyarham Kiai Abdur Rozaq Fachruddin alias Pak AR mempunyai kisah seputar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di momen Ramadhan.
Kisah Gus Dur dan Pak AR ini menceritakan di mana para jemaah NU, tiba-tiba menjadi Muhammadiyah, terjadi ketika di bulan Ramadhan.
Kebetulan saat itu Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU dan Pak AR berstatus Ketua PP Muhammadiyah saat melibatkan jemaah NU.
Muhammadiyah dan NU adalah organisasi masyarakat Islam (ormas Islam) terbesar di Indonesia. Kedua organisasi ini berasal dari inisiasi KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan.
Kedua ormas Islam ini sejatinya saling berkesinambungan, pada intinya tetap sama memajukan umat dan bangsa Indonesia.
- Istimewa
Ketika Gus Dur dan Pak AR sama-sama menjabat ketua umum, mereka sering kali saling bersapa dengan canda tawa.
Dilansir tvOnenews.com dari laman resmi Muhammadiyah, Rabu (12/2/2025), kisah jemaah NU berubah menjadi Muhammadiyah bermula saat Pak AR berkunjung ke tempat mengajar yang dilakukan Gus Dur.
Kala itu Pak AR menyambangi Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng. Kunjungan ini berlangsung di bulan suci Ramadhan.
Kebersamaan keduanya terjadi saat pelaksanaan shalat Tarawih. Pak AR mendapat amanah dari Gus Dur sebagai khatib mengisi khutbah setelah melaksanakan Isya.
Pak AR menerima tawaran Gus Dur dan langsung menyapa jemaah NU, walaupun saat itu ia menjadi Ketua PP Muhammadiyah, ia bertanya "Ini mau pakai tarawih NU atau Muhammadiyah?."
Kebetulan jemaah shalat Tarawih bermayoritas dari kalangan NU, yang membuat gaya ceramah harus mengikuti ketentuan ormas tersebut.
"EnnNUUUU," jawab serentak ratusan warga Nahdliyin saat menjawab pertanyaan dari Pak AR.
Sahabat Gus Dur hanya bisa memberikan wajah senyumannya, bahkan setelah itu langsung memutarkan badannya, seolah-olah bersikap santai dan tidak masalah atas respons tersebut.
Pak AR langsung menjadi imam yang memimpin sekitar ratusan jemaah berbasis warga NU. Praktik shalatnya pun sangat khusyuk secara pelan-pelan, tuma'ninah, serta mengamalkan Ayat Suci Al Quran yang lafadznya cukup panjang.
Ia seakan-akan memberikan petunjuk shalat Tarawih dengan apa yang dilakukannya menggunakan metode dari Muhammadiyah.
Sontak, shalat Tarawih jemaah NU ini seolah-olah memiliki durasi yang sangat panjang, biasanya Muhammadiyah mengerjakannya secara khusyuk, sehingga tidak terasa selesai menjelang waktu tengah malam.
Padahal shalat Tarawih berada di bawah pimpinan Pak AR hanya delapan rakaat, namun ratusan jemaah NU menunjukkan kegelisahannya.
Pada momen shalat Tarawih setelah delapan rakaat, Pak AR mengucapkan salam dan kembali berbalik badan ke arah jemaah.
"Ini mau dilanjutkan tarawihnya cara NU yang 23 atau Muhammadiyah yang 11 rakaat?," kelakar Pak AR sambil bertanya kepada jemaah.
Ratusan jemaah NU tampaknya mengetahui pelaksanaan Tarawih yang dikerjakan mereka telah menggunakan cara dari Muhammadiyah. Seketika Pak AR mengerjakan shalat Witir sesuai dengan ormas yang dipimpin olehnya.
"Tarawih Muhammadiyah saja," canda tawa ratusan jemaah.
Gus Dur kebetulan menjadi salah satu jemaah dari Pak AR, bahkan memberikan pernyataan sambil menghadap ke arah mereka.
"Baru kali ini ada sejarahnya warga NU di kandang NU di-Muhammadiyah-kan secara massal oleh seorang Muhammadiyah saja," kata Gus Dur.
(hap)