- Kolase tvOnenews
Sambil Berlinang Air Mata, Ibunda Prada Lucky Ungkap Kekejaman yang Dialami Sang Anak: Dipaksa Lakukan Adegan...
tvOnenews.com - Kasus kematian Prada Lucky Namo masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga dan publik.
Dalam keterangan terbaru dikanal YouTube Denny Sumargo, ibunda almarhum, Sepriana Paulina Mirpey, tak kuasa menahan air mata saat menceritakan kekejaman yang dialami putranya sebelum meninggal dunia.
Kesaksian ini kembali menyoroti praktik kekerasan yang masih terjadi di lingkungan militer dan menimbulkan pertanyaan besar soal rasa kemanusiaan para pelaku.
Ibu Prada Lucky mengungkap, dirinya mengetahui anaknya dirawat di rumah sakit bukan dari pihak batalion, melainkan dari seorang perawat yang diminta langsung oleh Lucky sendiri.
Dalam berkas perkara yang dibacakan Oditur Militer, terungkap bahwa para terdakwa tidak hanya menyiksa Prada Lucky dan rekannya Prada Richard, tetapi juga memaksa keduanya melakukan tindakan tidak manusiawi di asrama sebelum peristiwa tragis itu terjadi.
Tindakan tersebut dilakukan di bawah tekanan dan ancaman, hingga korban terpaksa menuruti perintah demi menyelamatkan nyawa mereka.
- Tangkapan layar YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo
“Nah, kesaksian Richard itu sampai mohon maaf mengolesi lombok di alat vitalnya almarhum dengan saksi kunci (Richard) sampai menyuruh mereka dua telanjang dan melakukan adegan tidak pantas,” ujar Sepriana dengan suara bergetar menahan tangis.
“Jadi di situ adegan itu Lucky sebagai perempuan, Richard sebagai laki-lakinya ditonton banyak orang. Maksudnya para pelaku. Itu kan tidak masuk akal dan tidak manusiawi toh, bagi kami kesalahan apa yang sampai kalian permalukan anak saya seperti itu? Jadi saya berpikir yang kelainan ini siapa, perlu dicek kejiwaannya,” lanjut sang ibu dengan nada penuh amarah.
Dari keterangan saksi kunci, Prada Richard, diketahui bahwa keduanya dipaksa untuk mengakui sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan.
“Richard cerita ke mama, katanya, ‘Saya ngomong sama Lucky karena kita sudah disiksa begitu lama. Saya bilang, Lucky, sudah kita harus terpaksa berbohong mengaku daripada kita dua mati di sini.’ Jadi akhirnya mereka berbohong mengakui bahwa LGBT itu satu,” tutur ibu Prada Lucky.
Keterangan tambahan datang dari Debby Fatimah, tante dari Prada Lucky, yang mengungkap bahwa penyiksaan terhadap korban berlangsung dengan cara yang sangat kejam dan tidak manusiawi.
Ia menjelaskan, Prada Lucky dicambuk menggunakan selang hingga tubuhnya lebam.
“Anak kami dan korban Richard ini disuruh terlentang, dua tangannya diinjak, kakinya dipegang oleh terdakwa lain, baju kaosnya diangkat menutupi wajah, kemudian disirami air satu ember, tapi pakai gayung. Pelan-pelan sampai satu ember habis supaya susah napas,” paparnya lirih.
Penyiksaan tersebut belum berakhir. Debby menyebut, atas perintah Letnan Made Juni, para pelaku mengambil cabai di dapur, mengulek, lalu memaksa korban membuka celana hingga lutut.
“Kemudian sendiri korban berdua ini membuka supaya posisi lubang a**s terbuka. Cabai itu dimasukkan ke lubang a**s dan dioleskan ke kemaluannya,” ujarnya.
Setelah itu, korban kembali mendapat cambukan bergantian dari para terdakwa yang lain.
Lebih memilukan lagi, pada malam puncak kejadian, salah satu pelaku yang disebut Brian Nong Semi datang dalam kondisi mabuk ke tempat korban ditahan, yang dikenal sebagai rumah kuning.
“Ada Letnan yang piket jaga, tapi dia membiarkan saja tidak menahan atau bertanya pada empat pelaku ini mau apa masuk ke dalam. Nah, di situ puncak anak kami mendapat kekerasan yang sangat fatal sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit,” kata Debby.
Keluarga besar Prada Lucky kini hanya bisa berharap keadilan ditegakkan setegak-tegaknya.
Mereka ingin agar perbuatan kejam yang menimpa putra mereka diusut tuntas, agar tidak ada lagi prajurit muda lain yang harus kehilangan nyawa dengan cara sekejam itu. (adk)