- Azmi Samsul M.-Antara
Alumni Pahoa Bocorkan Permintaan Sekolah ke Orang Tua Murid Usai Ada Siswa Tewas dari Lantai 8, Minta Satu Hal Ini!
tvOnenews.com - Sekolah Terpadu Pahoa, Gading Serpong, Tangerang tengah jadi sorotan. Seorang siswa laki-laki berinisial N (13) dilaporkan meninggal dunia setelah diduga jatuh dari lantai 8 gedung sekolah.
Insiden tragis itu sontak menggegerkan publik dan memunculkan berbagai spekulasi, termasuk dugaan adanya kasus bullying di sekolah ternama tersebut.
Kejadian yang terjadi pada Senin (3/11/2025) pagi itu masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian.
Berdasarkan laporan awal, korban diduga jatuh dari balkon luar lantai 8 dan menimpa kanopi di area pintu kedatangan sekolah.
“Korban diduga terjatuh dari lantai 8 (balkon luar) gedung sekolah dan kemudian menimpa kanopi di area pintu kedatangan,” ungkap Kepala Seksi Humas Polres Tangsel, AKP Agil.
Pihak kepolisian, melalui Kasat Reskrim Polres Tangsel AKP Wira Graha Setiawan, mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah mengamankan rekaman kamera pengawas (CCTV) dari lokasi kejadian untuk mengetahui secara pasti kronologi insiden tersebut.
- Istimewa
“Kami dari Polres Tangsel bersama Polsek Kelapa Dua telah mengamankan CCTV yang berada di sekolah untuk menyelidiki peristiwa yang ada pada saat kejadian,” ujar Wira.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan motif dari kejadian tersebut.
“Untuk pastinya, kami akan sampaikan lebih lanjut dari hasil penyelidikan,” katanya.
Namun di tengah proses penyelidikan, muncul suara dari alumni Sekolah Pahoa yang ikut menyoroti kejadian tragis itu.
Seorang alumni membagikan kisahnya melalui media sosial X, mengaku pernah menjadi korban perundungan saat masih menjadi siswa di sana.
“FYI, jenis bullying yang aku alami lebih ke pengucilan. Karena jarang dibully secara fisik, aku juga bingung minta tolongnya gimana… karena ya aku dibully-nya karena DIKUCILIN,” tulis sang alumni.
Ia mengaku tidak mendapat perhatian dari pihak sekolah, bahkan merasa diperlakukan tidak adil oleh guru dan pihak Bimbingan Konseling (BK).
“Harusnya ini red flag yang dilihat guru BK sebagai sinyal: ‘kita panggil yuk murid ini, coba tanya kenapa, coba tanya teman-teman sekelasnya,’ malah diintervensi dengan disuruh sujud ke patung dan disalahkan,” ungkapnya lagi.
Unggahan itu kemudian semakin ramai setelah alumni tersebut membocorkan isi pesan broadcast resmi dari pihak sekolah Pahoa yang dikirimkan kepada para orang tua murid usai peristiwa meninggalnya N.
Dalam pesan tersebut, pihak sekolah meminta agar para orang tua tidak menanyakan kejadian itu kepada anak-anak mereka.
“Kepergian N pasti akan menjadi duka dan luka yang mendalam, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan. Hal-hal lain yang sekiranya hanya akan memicu duka yang lebih dalam sebaiknya tidak kita bicarakan di grup ini, dan jangan juga kita tanyakan kepada anak-anak kita nanti,” demikian isi potongan pesan yang dibagikan.
Poin inilah yang membuat alumni geram dan menilai langkah sekolah yang meminta orang tua untuk tidak menanyakan hal tersebut justru berpotensi menutupi fakta penting yang bisa membantu mengungkap kebenaran.
“Coba lihat paragraf ke-4 kalimat terakhir, ‘jangan tanya anak’. HAH!? Justru respon pertama, TANYA! Kalau anak jadi korban, investigasi lebih lanjut. Kalau anak pernah lihat korban, itu bisa dijadikan pelajaran,” tulis alumni tersebut dalam unggahan lanjutannya.
Ia menegaskan bahwa setelah ada korban jiwa, semestinya sekolah dan orang tua justru bekerja sama menggali informasi dari para siswa.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada pola lingkungan beracun yang membuat siswa merasa tertekan atau dikucilkan.
“Siswa ditanya (tentu dengan pendampingan psikolog dan pihak berwenang) untuk ‘mendiagnosis’ lingkungan di Pahoa. Apa pola-pola yang membuat siswa merasa seperti itu. Kalau sudah ada korban jiwa, ini WAJIB dilakukan,” tulisnya lagi.
Unggahan tersebut kini ramai disorot warganet dan memunculkan diskusi panjang mengenai sistem pendidikan, peran guru BK, serta transparansi sekolah dalam menangani kasus sensitif seperti perundungan.
Sementara itu, pihak kepolisian masih terus mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak, termasuk saksi dan rekan korban di sekolah. (adk)