- YouTube: Pendeta Gilbert Lumoindong
Sambil Berlinang Air Mata, John Kei Jujur pada Pendeta Gilbert Lumoindong Kalau Dia Itu Pernah …
tvOnenews.com - John Kei dan Pendeta Gilbert Lumoindong menjadi sorotan publik setelah kisah menyentuh mereka tersebar lewat tayangan YouTube.
Sosok John Kei yang selama ini dikenal sebagai “Godfather Jakarta” mendadak menunjukkan sisi lembut dan penuh penyesalan.
Dalam video bertajuk John Kei Menangis Ingat Keluarga Part 2, pria yang pernah ditakuti banyak orang ini tampak menangis saat mengungkap perasaannya pada Pendeta Gilbert.
John Kei dan Pendeta Gilbert Lumoindong. (Sumber: YouTube Gilbert Lumoindong)
John Kei, yang bernama asli John Refra, bukan nama asing di dunia kriminal Indonesia.
Dengan latar belakang keras dan sejarah panjang di balik jeruji, pria asal Maluku ini telah mencatat banyak kasus hukum, termasuk keterlibatan dalam pembunuhan dan penyerangan.
Namun, di balik reputasinya sebagai preman, tersimpan cerita mengejutkan tentang perubahan hidup yang dia alami.
Pertemuan John Kei dengan Pendeta Gilbert Lumoindong menjadi momen penting dalam perjalanannya menuju pertobatan.
Dalam salah satu wawancara di kanal YouTube Pendeta Gilbert, John Kei mengisahkan bagaimana ia berbohong kepada ibunya untuk merantau ke Jawa pada tahun 1986.
Tapi pengakuan paling menyayat hati datang saat ia mengungkap penyesalan terhadap keluarganya.
Kolase foto John Kei dan Pdt. Gilbert Lumoindong. (Sumber: Kolase tvOnenews.com)
“Setelah bertobat saya merasa berdosa terhadap terutama istri dan anak-anak saya,” ujar John Kei, sambil terdiam dan menghapus air matanya.
Dengan suara yang terdengar tersendat, John mengaku menyesal karena selama ini jarang menghabiskan waktu dengan keluarga.
Ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga hanya pulang untuk memberikan uang tanpa memberikan kehangatan seorang ayah. Momen ini menjadi titik balik besar dalam hidupnya.
“Saya merasa bertobat terhadap anak dan istri saya karena dulu saya engga pernah sama mereka,” katanya dengan penuh sesal.
Kemudian melanjutkan, “Mungkin mereka kecil saya jarang sama mereka. Sekarang saya ingin merasa bahwa saya seorang ayah yang benar-benar ingin selalu bersama anak dan istri.”
Tangisan John Kei bukan sekadar emosi sesaat. Ia menyadari bahwa uang dan kekuasaan tidak bisa menggantikan kasih sayang serta kehadiran nyata dalam kehidupan anak-anaknya.