- Kolase YouTube
Menteri PPPA Tak Kuasa Tahan Tangis Beberkan Fakta di Balik Kasus Anak Bunuh Ayah dan Nenek: Sedih ya Saya...
tvOnenews.com - Publik diguncang tragedi memilukan pada Sabtu, 30 November 2024, ketika seorang anak berusia 14 tahun, MAS, membunuh ayah dan neneknya serta melukai ibunya di sebuah perumahan di Lebak Bulus.
Kasus ini menyita perhatian publik dan pemerintah, termasuk Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, yang langsung turun tangan untuk memahami situasi.
Dalam kunjungannya ke Polres Metro Jakarta Selatan, Arifatul tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan pertemuannya dengan MAS.
“Tadi kami memang bertemu dengan Ananda A. Ya pasti sedih ya saya, karena anak baik, anak baik," ujarnya, suaranya sempat terhenti beberapa saat.
Arifatul mengungkapkan bahwa MAS adalah anak yang tampak baik dari interaksi langsung, meski dirinya menyadari bahwa kondisi psikologis anak tersebut masih sangat rapuh.
Arifatul menegaskan bahwa hingga kini motif di balik aksi tragis, anak MAS, belum dapat diungkap.
Ia menekankan pentingnya proses pemeriksaan yang melibatkan pendamping ahli guna memastikan anak tetap mendapatkan perlindungan selama menghadapi proses hukum.
“Kami memastikan bahwa Ananda A benar-benar terpenuhi hak dan pendampingannya," katanya.
Ia juga menyoroti bagaimana pemeriksaan terhadap anak berhadapan dengan hukum harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
Dalam kondisi seperti ini, menurut Arifatul, memastikan kesejahteraan psikologis anak adalah prioritas utama.
“Saat ini, saya melihat MAS masih dalam kondisi yang kurang baik untuk ditanya-tanya," ujarnya.
Arifatul percaya bahwa setiap anak, termasuk MAS, adalah cerminan lingkungan tempat mereka tumbuh.
Karena itu, ia berharap pemeriksaan dapat mengungkap fakta yang sesungguhnya terjadi tanpa tekanan yang berlebihan terhadap anak.
Di tengah tragedi ini, Arifatul menyampaikan pesan penting kepada masyarakat.
Ia menekankan pentingnya pola asuh yang baik dalam keluarga serta membangun komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.
Arifatul menyebut bahwa tragedi seperti ini bisa menjadi momen introspeksi bagi seluruh masyarakat.
Ia mengajak semua pihak untuk belajar dari kasus ini dan mencegah hal serupa terulang.
“Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih memahami anak-anak kita," tambahnya.