- YouTube DPR RI
Sri Mulyani: Tingkat Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Paling Rendah di ASEAN, hanya 8,3 Gram per Hari
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani atau Srimul mengatakan tingkat konsumsi protein masyarakat Indonesia lebih rendah daripada negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) lainnya.
Hal disampaikan pada Rapat Paripurna DPR RI saat menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Rancangan APBN Tahun 2026.
“Konsumsi sumber protein seperti daging sapi, ayam, telur, dan susu masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN,” ujar Srimul di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Selasa (20/5/2025).
Dia memaparkan konsumsi daging sapi yang memenuhi diet sehat sekitar 85 gram per hari per kapita. Namun, rata-rata konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia hanya sebesar 8,3 gram per hari per kapita.
“Konsumsi susu sapi yang sesuai diet sehat sekitar 1 cangkir per hari per kapita atau 240 gram per hari per kapita. Namun, masyarakat (Indonesia) baru mengonsumsi 45,6 gram per hari per kapita,” jelas Srimul.
Dia menyebut kurangnya konsumsi protein banyak terjadi pada masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024, terdapat 59,54 persen keluarga di tingkat 10 persen pendapatan terbawah kekurangan konsumsi protein.
Lebih lanjut, Srimul memaparkan konsumsi masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada beras. Saat ini, Indonesia masih menghadapi kurang optimalnya produksi pangan.
Pada tahun 2024, defisit produksi beras tercatat sebesar 367.595 ton dan kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP) sampai dengan 3 juta ton. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami ketergantungan impor mencapai 4,3 juta ton dan diperkirakan dapat meningkat hingga 6,1 juta ton pada tahun 2029.
“Sementara itu, defisit produksi daging sapi mencapai 288.261 ton pada tahun 2024, dengan hampir 95 persen kebutuhan tambahan dipenuhi melalui impor,” tutur Srimul.
Kondisi yang serupa terjadi pada komoditas susu sapi, di mana defisit mencapai 3,72 juta ton, yang hampir seluruhnya dipenuhi dari pasokan luar negeri. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 7,57 juta ton pada tahun 2029. (saa/nba)