- Antara
Trump Serang The Fed, IHSG Dibayangi Aksi Koreksi
Jakarta, tvOnenews.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak melemah pada perdagangan Selasa (22/4) seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap intervensi politik terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat. Tekanan muncul setelah mantan Presiden AS Donald Trump kembali menyerang independensi bank sentral AS (The Fed) melalui media sosial.
Membuka perdagangan pagi ini, IHSG justru sempat menguat tipis sebesar 9,11 poin atau 0,14 persen ke posisi 6.455,08. Namun indeks LQ45, yang berisi 45 saham unggulan, justru terkoreksi tipis 0,02 persen ke level 721,62.
Analis BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menilai tekanan eksternal seperti ini dapat mendorong IHSG mendekati level support 6.400. "Tendensi koreksi masih ada. Pernyataan Trump yang terus menekan The Fed agar memangkas suku bunga bisa memicu kekacauan dalam persepsi independensi The Fed," jelasnya di Jakarta.
Trump Desak Pemangkasan Suku Bunga, Serang Ketua The Fed
Melalui unggahan di platform Truth Social, Trump kembali melontarkan kritik tajam kepada Ketua The Fed, Jerome Powell. Ia menyebut Powell sebagai "Mr. Too Late" dan “pecundang besar,” sambil menuntut pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Lebih jauh, Trump bahkan memberi sinyal soal kemungkinan pemecatan Powell — sesuatu yang pernah dipertimbangkan secara terbuka selama masa kepresidenannya. Hal ini menimbulkan keresahan di pasar keuangan global, mengingat The Fed secara prinsip dijaga untuk tetap independen dari pengaruh politik.
Pasar Merespons: Dolar Melemah, Emas Cetak Rekor
Efek dari pernyataan Trump langsung terasa di pasar global. Dolar AS jatuh ke titik terendah dalam tiga tahun terakhir, menunjukkan menurunnya kepercayaan terhadap arah kebijakan moneter AS. Sementara itu, emas justru melonjak tajam dan menembus rekor baru di atas 3.400 dolar AS per ons, menandakan peralihan investor ke aset lindung nilai atau safe haven.
Di sisi Asia, bank sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman utama (LPR) 1 tahun di 3,1 persen, dan tenor 5 tahun di 3,6 persen. Namun, tekanan pada nilai tukar Yuan tetap kuat di tengah konflik dagang yang belum menemui titik terang.
Wall Street dan Asia Berguguran
Sentimen negatif juga menyeret bursa saham Wall Street pada perdagangan Senin (21/4). Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 2,48 persen, S&P 500 turun 2,36 persen, dan Nasdaq Composite melemah 2,55 persen.
Pelemahan ini terutama disebabkan tekanan pada saham teknologi besar atau yang dikenal sebagai “Magnificent Seven”. Saham Tesla turun 5,8 persen, Nvidia melemah lebih dari 4 persen, sementara Amazon dan Meta terkoreksi sekitar 3 persen.
Dampaknya juga terasa di pasar Asia:
-
Nikkei Jepang turun 0,06%
-
Kuala Lumpur melemah 0,93%
-
Straits Times Singapura turun 0,90%
-
Sementara Shanghai justru menguat tipis 0,29%
Pasar keuangan kembali dihantui ketidakpastian setelah komentar kontroversial Donald Trump terhadap The Fed. Ancaman terhadap independensi bank sentral AS tidak hanya mengguncang Wall Street, tapi juga menyebar hingga ke Asia, termasuk Indonesia.
IHSG yang sempat menguat dibayangi aksi koreksi mendekati level support, seiring pelaku pasar menahan diri menghadapi volatilitas global yang belum mereda. (ant/nsp)