news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

BPS: Neraca Perdagangan RI Surplus 53 Bulan Berturut-turut, Tembus USD3,26 Miliar per September 2024.
Sumber :
  • ANTARA

Ekonom Prediksi Neraca Dagang RI Masih Surplus US$2,9 Miliar, Tapi Ada Ancaman April

Neraca dagang RI diperkirakan surplus US$2,9 miliar pada Maret 2025 meski perang dagang AS-China memanas. Ancaman defisit membayangi kuartal II.
Kamis, 17 April 2025 - 17:01 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com – Ekonom Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 masih akan mencatatkan surplus sebesar US$2,9 miliar, meskipun tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China semakin memanas.

Menurut Rully, ekspor bersih Indonesia sepanjang kuartal I 2025 masih mampu menopang neraca dagang, meskipun tekanan dari tarif resiprokal AS akan mulai terasa dalam beberapa bulan ke depan.

“Maret ini masih surplus. Dampak perang tarif belum terasa signifikan. Namun, mulai April dan seterusnya, risiko kita bisa berbalik dari surplus ke defisit cukup besar,” ungkap Rully dalam media day Mirae Asset di Jakarta, Kamis (17/4).

Dampak Penundaan Tarif Trump Hanya Sementara

Meskipun Presiden AS Donald Trump memberikan masa penundaan selama 90 hari sebelum menerapkan tarif resiprokal terhadap Indonesia, hal itu dipandang hanya memberi waktu jeda, bukan solusi jangka panjang. Rully menekankan bahwa ketergantungan ekspor Indonesia terhadap pasar AS akan menimbulkan tantangan serius apabila kebijakan tarif benar-benar diberlakukan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2024, AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia setelah China, dengan nilai ekspor mencapai US$26,31 miliar, sementara ekspor ke China sebesar US$62,44 miliar.

“Kalau pemerintah AS serius dengan kebijakan surplus mereka, kita harus siap menghadapi tekanan. Apalagi ekspor kita ke AS sangat signifikan,” jelasnya.

Indonesia Terancam Banjir Produk China

Rully juga mengingatkan soal potensi banjir barang dari China ke pasar domestik Indonesia, seiring meningkatnya hambatan dagang China ke AS. Dengan tarif tinggi dari AS, produk China yang gagal masuk ke pasar Negeri Paman Sam berisiko dialihkan ke negara-negara seperti Indonesia, sehingga dapat menekan sektor industri dalam negeri.

“Efek ganda dari perang dagang bisa membuat kita kewalahan. Di satu sisi harga impor dari AS naik, di sisi lain pasar kita bisa dibanjiri produk murah dari China,” kata Rully.

Emas, Batu Bara, dan CPO Masih Jadi Andalan Ekspor RI

Meski ancaman membayangi, Indonesia masih mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga komoditas global. Harga emas dunia menembus rekor tertinggi dalam sejarah, mencapai US$3.353,79 per troy ounce, naik lebih dari 3,5 persen dalam satu pekan terakhir.

Berita Terkait

1
2 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral