- Ist
Celios: Jangan Cuma Diplomasi, Lindungi Pasar Domestik Sebelum Terlambat!
Jakarta, tvOnenews.com - Di tengah gempuran perang dagang global yang makin panas, suara peringatan datang dari dalam negeri.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mendesak pemerintah agar tak hanya mengandalkan diplomasi, tapi juga memperkuat benteng pasar domestik.
"Respons kita jangan cuma retoris atau ikut arus. Pemerintah harus alihkan ekspor ke pasar baru seperti Timur Tengah, kuatkan koneksi ASEAN, dan yang paling penting, lindungi pasar dalam negeri dari banjir barang impor," ujar Bhima saat dihubungi pada Kamis (10/4).
Perang Dagang, Ancaman Nyata
Menurut Bhima, perang dagang antara AS dan China bukan cuma soal tarif. Dampaknya nyata dan bisa menjalar ke mana-mana, termasuk Indonesia. “Dua negara itu menyedot 34 persen ekspor kita. Kalau mereka perang, kita yang kena imbas,” tegasnya.
Lebih mengkhawatirkan lagi, kata dia, adalah efek domino terhadap sektor padat karya di Indonesia. Jika pesanan global turun dan barang-barang impor dari China membanjiri pasar domestik, pelaku usaha lokal bisa gulung tikar. “Yang paling ditakutkan adalah gelombang PHK massal,” kata Bhima.
Trump Tarik Rem, Tapi Tetap Injak Gas untuk China
Presiden AS Donald Trump sempat mengejutkan pasar global dengan menunda tarif resiprokal selama 90 hari ke sebagian besar mitra dagangnya. Namun, tidak demikian dengan China. Negeri Tirai Bambu tetap dikenakan tarif super tinggi sebesar 125 persen.
Trump juga menyebutkan bahwa lebih dari 75 negara siap bernegosiasi dengan Washington. Namun, AS tetap membuka opsi menaikkan tarif di sektor farmasi dan produk strategis lainnya.
Indonesia Main Aman, Tapi Harus Siaga
Sementara itu, pemerintah Indonesia memilih jalur diplomasi damai, tanpa aksi balasan atas tarif AS. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan mempersiapkan paket negosiasi yang adil dan menguntungkan.
Sebelum itu, para pemimpin ASEAN dijadwalkan menggelar pertemuan pada 10 April 2025 untuk menyatukan sikap kawasan terhadap tekanan tarif dari Negeri Paman Sam.
Bhima menegaskan, langkah diplomasi itu penting, tetapi tidak cukup. “Kalau kita tidak segera proteksi sektor strategis dalam negeri, bisa-bisa kita jadi pasar buangan produk global,” pungkasnya. (nsp)