Dukung Kementan, Rektor IPB tegaskan ekstensifikasi pertanian jadi keniscayaan untuk menuju ketahanan pangan..
Sumber :
  • Dok. Kementan

Dunia Butuh 5,4 Miliar Hektare Lahan Pertanian Baru, Rektor IPB: Ekstensifikasi Sawah Jadi Keniscayaan untuk Ketahanan Pangan

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:12 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria sangat mendorong program cetak sawah baru atau ekstensifikasi yang tengah dijalankan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) di Papua Selatan, Sumatera Selatan, dan Pulau Kalimantan.  

Menurut Arif, ekstensifikasi adalah langkah yang memang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia dan dunia.

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), dunia membutuhkan 5,4 miliar hektare lahan pertanian pada tahun 2030, sedangkan saat ini baru tersedia 5,1 miliar hektare.  

“Sehingga lahan ini menjadi faktor penting karena FAO mengatakan untuk mencapai kebutuhan pangan dunia pada 2030, diperlukan 5,4 miliar hektare lahan. Sementara lahan yang ada saat ini baru 5,1 miliar hektare. Oleh karena itu, perlu tambahan 300 juta hektare lahan di dunia. Jadi, saya kira ekstensifikasi menjadi keniscayaan. Ini bisa dilakukan melalui cetak sawah baru atau memanfaatkan lahan peremajaan sawit untuk lahan kering,” ujar Arif dalam keterangan yang diterima, Minggu (22/12/2024).  

Arif juga menyoroti alih fungsi lahan sebagai penyebab utama penyusutan lahan pertanian di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia kehilangan 69 ribu hektare sawah setiap tahunnya.  

“Alih fungsi ini harus kita atasi karena setiap tahunnya ada data yang menunjukkan 150 ribu hektare lahan hilang, BPS menyebutkan 60 sampai 69 ribu hektare juga hilang. Sementara negara yang sukses mengendalikan perlindungan lahan pertanian adalah China dan India,” jelasnya.

Meski demikian, Arif optimistis Indonesia mampu mewujudkan swasembada pangan dalam waktu singkat. Ia menilai Kementerian Pertanian sebagai pemimpin sektor produksi pangan sudah memiliki pengalaman panjang dalam meningkatkan produksi nasional.

“Saya harus mengingatkan bahwa setiap krisis besar, baik itu krisis moneter 1997, krisis finansial global 2009, maupun COVID-19 pada 2020, sektor yang tumbuh positif hanya sektor pertanian,” katanya.

“Jadi, soal peluang swasembada, kita semua harus optimis. Optimisme ini bisa menjadi energi positif untuk mewujudkannya,” tambahnya.

Arif juga mengapresiasi komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam menjadikan pangan sebagai program strategis nasional. Menurutnya, perhatian Presiden terhadap sektor pertanian harus didukung penuh oleh semua pihak.  

“Alhamdulillah sekarang Pak Presiden, baik saat krisis maupun tidak, tetap memberi perhatian besar pada sektor pertanian. Ini harus kita dukung agar bangsa ini bisa berdaulat,” ujarnya.  

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sebelumnya mengatakan bahwa program cetak sawah seluas 3 juta hektare yang tengah digarap dapat membuat Indonesia tidak bergantung pada impor pangan hingga 30 tahun mendatang. Namun, Mentan Amran menekankan pentingnya pengelolaan yang baik.

“Kalau 3 juta hektare ini kita garap dengan baik, insya Allah kita tidak akan tergantung pada impor sampai 20–30 tahun ke depan. Yang terpenting adalah ini kita rawat dengan baik dan tidak boleh ada alih fungsi lahan,” jelas Mentan. (rpi)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:45
04:19
01:56
08:11
14:00
01:21
Viral