- Tim tvOne/Edy Cahyono
Puluhan Keluarga Tragedi Kanjuruhan Tuntut Kesejahteraan
Malang, tvOnenews.com - Puluhan keluarga korban tragedi kanjuruhan di Kota Malang, menuntut kesejahteraan bagi keluarga korban yang ditinggalkan.
Selain itu, keluarga korban kanjuruhan juga menolak aksi yang mengatasnamakan keluarga korban, karena proses hukum tragedi kanjuruhan sepenuhnya diserahkan kepada aparat penegak hukum.
Salah satu perwakilan keluarga korban, Hari Prasetiono mengatakan, seluruh keluarga korban saat ini prinsipnya mencari kedamaian setelah ditinggal oleh orang terkasih dalam tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.
“Kita tidak mau rame lagi, jangan lagi mengatasnamakan korban lagi,”tegasnya.
Selanjutnya, mereka meminta agar keluarga korban tidak dijadikan tameng atau senjata dalam aksi yang bermuatan atas kepentingan golongan tertentu.
Kami tidak mau tahu kejadian kemarin (kericuhan), lanjutnya, jangan ada korban lagi. Tolong mereka mengerti, jangan kami dijadikan kambing hitam, semua tidak mau dijatuhkan pada korban,”
Selain itu, Hari juga meminta kepada pemerintah daerah maupun pusat agar terus memperhatikan nasib keluarga yang ditinggalkan korban. Ia mengaku banyak anggota keluarga yang mengalami kesusahan ekonomi karena banyak beban pikiran.
“Intinya kita sama pemerintah tuntut kesejahteraan, tolong diperhatikan. Kami pikirannya masih gak karuan, tidak bisa kerja pikir anak cucu. Tolong pemerintah carikan pekerjaan mereka ini,” ujarnya.
Sementara untuk proses peradilan yang sedang berjalan, keluarga korban sudah menyerahkan sepenuhnya ke hukum yang berlaku.
“Untuk urusan hukum, sudah ada yang mengatur dan Tuhan juga sudah tahu. Kita enggak mau ramai lagi. Kita ikuti hukum yang telah berjalan ini, intinya jangan sampai mengatasnamakan korban. Kita sudah susah, jangan dibikin susah,” ungkap Hari.
Sementara itu perwakilan keluarga korban yang lain, Hanif mengaku tidak ada anggota keluarga korban yang mengikuti aksi pada Ahad (29/1/2023) di depan Kantor Arema FC.
“Kayak kemarin, mengatasnamakan 135 korban jadi ngikuti korban kanjuruhan sedangkan kita tidak merasa dalam aksi tersebut pada Minggu itu. Enggak ada keluarga korban. Kita fokus ke depan, untuk semua keluarga korban yaitu kesejahteraan, kesehatan semunya,” tambahnya.
Hal yang sama juga dirasakan Wiyono, ia merasa oknum yang mengatasnamakan keluarga korban malah tidak ada yang peduli. Ia bercerita sempat opname selama delapan hari, tapi ia justru banyak dibantu anggota polisi dan keluarga korban yang lain.
“Kemarin saya opname sampai 8 hari, itu tidak ada yang peduli kepada saya. Kecuali sesama keluarga korban yang hadir di sini. Bukan mereka yang mengatasnamakan keluarga korban,”keluh Wiyono.
Hal ini di ungkapan oleh 28 perwakilan keluarga korban kanjuruhan,saat menggelar deklarasi bersama pasca insiden kericuhan pada minggu (29/1/2023) lalu.
Dalam deklarasi itu ada tiga poin yang dibacakan. Poin pertama adalah meminta agar tidak ada kesenjangan ekonomi dan kesehatan bagi keluarga korban.
Selanjutnya, mereka meminta agar keluarga korban tidak dijadikan tameng atau senjata dalam aksi yang bermuatan atas kepentingan golongan tertentu.
Poin terakhir, pihak keluarga meminta kesejahteraannya diperhatikan dan siap mengikuti seluruh proses hukum yang ada. (eco/mii)