- YouTube Jekpot
Suara Hati Shin Tae-yong, Mengaku Prihatin Lihat Kondisi Skuad Garuda: Saya Merasa Sedih dan Sakit Hati karena Timnas Indonesia
Tak hanya gagal di kualifikasi, ketidakmampuan Kluivert menunjukkan progres membuat tekanan suporter semakin memuncak.
Beberapa kelompok pendukung menggelar aksi demonstrasi ke kantor PSSI, menuntut federasi lebih serius dalam memilih pelatih baru.
Mereka menilai keputusan PSSI terburu-buru, tanpa pertimbangan matang, dan justru membuat program jangka panjang Timnas Indonesia berantakan.
Shin Tae-yong sendiri mengaku mengetahui aksi tersebut. “Saya sempat lihat di Instagram,” ujarnya ketika diwawancarai kanal YouTube JekPot.
Ia mengatakan rasa sedihnya melihat timnas berada di fase seperti ini. “Saya tidak bisa berkata apa-apa, saya merasa sedih dan sakit hati karena timnas Indonesia tidak bisa lolos ke Piala Dunia. Apalagi para pemain kita sudah bekerja keras sampai akhir.”
Pernyataan itu menunjukkan bahwa Shin bukan hanya melihat dari sudut pandang profesional sebagai pelatih, tetapi juga memiliki ikatan emosional dengan para pemain yang telah berjuang di bawah komandonya.
Kesempatan Emas Garuda yang Terbuang dan Optimisme Shin Tae-yong untuk Piala Dunia 2030
Shin menilai kegagalan lolos ke putaran keempat merupakan kehilangan momentum besar. Menurutnya, Indonesia sebenarnya memiliki peluang nyata untuk melangkah lebih jauh.
“Sayangnya tidak lolos padahal sudah ronde ke-4. Sudah bagus lolos sampai ke ronde ke-4 tapi sayangnya gagal," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tim telah berada di jalur yang benar, namun kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Perubahan pelatih di tengah jalan di fase paling krusial, ikut disebut publik sebagai salah satu faktor bangunan tim menjadi goyah.
Kendati demikian, Shin tetap memberikan apresiasi terhadap usaha para pemain. Ia menegaskan bahwa mereka telah berjuang keras sejak awal hingga akhir kualifikasi.
Meskipun kecewa, Shin Tae-yong tetap memandang masa depan Timnas Indonesia dengan optimis. Ia berharap para pemain tidak patah semangat dan menjadikan kegagalan ini sebagai batu loncatan untuk meraih mimpi lebih besar di tahun-tahun mendatang.
Pelatih berusia 55 tahun itu melihat masih ada perkembangan positif yang harus dijaga. “Pertama ada perkembangan yang baik untuk timnas Indonesia. Saya melihat ada harapan (untuk Piala Dunia 2030),” katanya.