- Kolase tvOnenews.com/PSSI/ANTARA/AFP/INA FASSBENDER / Timnas Indonesia
Padahal Belajar Langsung dari Indonesia, Kok Bisa Sepakbola Jepang Jauh Lebih Maju? Ini Alasannya Menurut Mantan Pelatih Timnas Indonesia...
Salah seorang pemain Indonesia yakni Ricky Yacobi bahkan sempat direkrut tim Jepang bernama Matsushita Electric FC atau yang sekarang dikenal dengan nama Gamba Osaka.
Kemudian tak butuh lama bagi Jepang untuk ikut pertama kali ajang Piala Dunia tahun 1998, dan sejak saat itu Jepang tak pernah absen di tiap edisi Piala Dunia setelahnya.
- tvOnenews.com/Julio Trisaputra - Istimewa
Jepang kini menempati peringkat 15 FIFA, banyak dari pemain tim negeri sakura itu memiliki karier yang mentereng di klub-klub ternama Eropa.
Sementara Indonesia, saat ini masih bersaing di tingkat Asia Tenggara dan menempati peringkat 118 dunia dengan mengoleksi 1.154,55 poin
Tak hanya itu, pesepakbola Indonesia juga kesulitan untuk bisa berkarier di Eropa, kini hanya hitungan jari pemain Indonesia yang bermain di klub-klub Eropa seperti Marselino Ferdinan.
Baru beberapa tahun terakhir sejak PSSI merekrut Shin Tae-yong, timnas garuda bisa berbicara banyak. Itu pun dengan bantuan pemain diaspora yang lahir dan besar di benua biru.
Kemudian, ditambah kini skuad Timnas Indonesia dilatih oleh Patrick Kluivert, tambah meyakinkan beberapa pemain keturunan Belanda-Indonesia untuk menjalani naturalisasi guna membela Garuda di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Lantas apakah yang menyebabkan sepak bola Indonesia tertinggal dari Jepang? Indra Sjafri menjelaskan salah satu faktor yang cukup penting dan sangat jomplang.
“Bisa dibayangkan, pelatih kita hanya 7.000 orang. Sementara Jepang punya 80.000,” kata Indra Sjafri dilansir dari tayangan Youtube R66 Media.
Padahal secara jumlah penduduk, luas wilayah, dan kecintaan pada sepak bola, Jepang secara angka jauh lebih sedikit dari Indonesia.
"Dan sepak bola itu (olahraga) nomor satu di Jepang kan belum tentu. Itu yang mereka lakukan memperbanyak jumlah pelatih," ungkap Indra Sjafri.
Pelatih yang memegang sertifikasi A Pro di Indonesia juga baru 21 orang.
“Ini baru saya bikin lagi yang gelombang kedua 20 orang. Jepang sudah hampir 2000 orang,” ujar Indra.
Semakin banyak jumlah pelatih diharap mampu menangani tingginya minat anak-anak Indonesia menjadi pesepakbola.