- Dok.Pribadi
Melestarikan Keris, Merawat Kebudayaan
ADALAH Padepokan Keris Brojobuwono, lokasinya terletak di Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Padepokan ini menjadi tempat pembuatan keris atau yang di kalangan masyarakat Jawa disebut dengan besalen.
Berbeda dengan besalen-besalen pada umumnya, pembuatan keris di museum dan padepokan keris Brojobuwono menerapkan teknik tradisional dengan lelaku dan ritual tertentu yang ditunjang oleh teknologi modern.
Cara demikian dilakukan lantaran para empu di sini ingin menghasilkan sebuah keris yang memenuhi kriteria tosan aji dan bukan sekedar keris aksesori.
Tradisi Penempaan Keris
Ada yang unik saat proses penempaan yang oleh para empu di museum dan padepokan keris Brojobuwono.
Seluruh empu yang terlibat dalam pembuatan keris, mengenakan pakaian serba putih tanpa jahitan layaknya pakaian para empu di masa lalu. Proses pembuatan keris ini memakan waktu yang cukup lama.
Salah satu bahan pembuatan keris yang tersohor adalah dari batu meteor.
Tetapi, karena keberadaannya yang semakin langka dan harga di pasaran yang sangat mahal, para empu di zaman sekarang lebih banyak menggunakan nikel sebagai bahan pembuat pamor.
Proses pembakaran dalam pembuatan keris menggunakan arang kayu untuk menjaga kestabilan suhunya.
Karena keris masih mengandung asam, membuatnya lebih mudah berkarat, maka digunakanlah sebuah minyak keris khusus yang mengandung pengawet untuk keris yang dipakai untuk merawat keris di Padepokan ini.
Merawat Koleksi Keris
Selain membuat keris selayaknya para empu-empu zaman dahulu, di museum dan padepokan keris Brojobuwono juga tersimpan ratusan keris dari berbagai zaman.
Mulai dari zaman Mataram Kuno, zaman Majapahit, hingga keris yang dibuat pasca kemerdekaan.
Uniknya, setiap keris yang disimpan di museum ini dilengkapi dengan sertifikat khusus.
Isi dari sertifikat ini menerangkan usia keris, jenis, bahan, hingga hiasan apa saja yang terdapat pada keris yang dipamerkan.
Jika kebanyakan metode untuk menentukan usia keris dilakukan dengan cara manual, sehingga usia pasti dari keris kurang bisa dipastikan, maka penentuan usia keris yang disimpan di museum dan padepokan keris Brojobuwono dilakukan dengan alat pendeteksi logam.
Dengan demikian, usia keris dapat diketahui secara pasti.
Padepokan ini memiliki berbagai macam koleksi keris dari seluruh penjuru daerah di Indonesia. Salah satunya juga keris yang dipulangkan oleh Pak Basuki dari Jerman.
Keris itu dimiliki oleh seseorang di Jerman, setelah beliau meninggal, istrinya pun melelangkan keris tersebut agar seseorang dapat merawat kerisnya dengan baik.
Padepokan Keris Brojobuwono dibangun pada tahun 1999, namun baru diresmikan pada tahun 2012.
Basuki Teguh Yuwono, adalah pendiri museum dan padepokan Brojobuwono yang juga merupakan dosen di Kampus Institut Seni Indonesia Surakarta prodi Keris.
Basuki mendirikan museum dan padepokan ini karena kecintaannya terhadap senjata tradisional khususnya keris dan ia berkeinginan kuat untuk melestarikan dunia seni tempa di Indonesia.
Tempatnya bagus dan tertata rapi dengan sentuhan khas jawa dan Bali. Gak ada kesam "suram" yang biasa membayangi saat kita membayangkan kata "museum".
Disini banyak koleksi keris yang dirawat dengan baik, bahkan diberi keterangan yang jelas.
"Di depan ada meja berisi buku-buku tentang keris dan tulisan-tulisan akademik yang sangat berbobot. Koleksi keris di dalam bangunan dipajang dengan rapi dalam etalase kaca,” ujar salah satu pengunjung Padepokan.
Di dalam Padepokan Brojobuwono ini juga terdapat sebuah goa buatan yang berisikan fosil-fosil, beberapa fosil adalah hasil penemuan dan beberapa diantaranya adalah fosil yang dibeli oleh Pak Basuki.
Di dalam goa itu tersebut juga terdapat bongkahan-bongkahan batu yang sudah mengkristal, menjadikan nya hal yang unik namun tersembunyi di dalam goa itu.
Di tangga masuk juga terdapat batu kristal besar, yang jika kita arahkan cahaya kesana kita bisa melihat kilauan kilauan kristal yang dihasilkan dari batu tersebut.
Sumber Inspirasi
Museum keris dapat menjadi sumber inspirasi untuk pengembangan berbagai aspek di bidang lain, seperti film, ekonomi, atau wisata.
Produksi film dokumenter tentang sejarah dan seni keris dapat menjadi sarana edukasi yang menarik.
Menyajikan kisah-kisah unik tentang keris, proses pembuatannya, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya dapat menjadi sumber inspirasi bagi penonton.
Menggunakan keris sebagai elemen sentral dalam cerita fiksi atau misteri juga bisa menciptakan film yang menarik secara artistik.
Kisah mitos atau legenda seputar keris dapat diangkat ke dalam cerita untuk memberikan daya tarik tambahan.
Dalam konteks wisata, melalui padepokan ini juga bisa dikembangkan tur khusus di museum keris, termasuk workshop pembuatan keris atau demonstrasi seni bela diri tradisional yang menggunakan keris.
Ini dapat menarik wisatawan yang ingin mendalami sejarah dan budaya lokal.
Melalui keris, juga bisa digelar acara tahunan atau festival seni yang menampilkan seni, musik, tari, dan pertunjukan terkait keris.
Ini tidak hanya dapat meningkatkan kunjungan wisata tetapi juga mempromosikan warisan budaya.
Dan dari sisi Edukasi, melalui museum ini dapat menawarkan program pendidikan di museum untuk sekolah-sekolah lokal atau kelompok-kelompok belajar.
Ini dapat mencakup kunjungan berpandu, lokakarya, dan kegiatan edukatif lainnya untuk memperkaya pengetahuan siswa tentang sejarah dan seni keris.
Pengembangan aspek-aspek ini dapat membantu memperluas dampak positif dari museum keris ke berbagai bidang, menciptakan peluang baru, dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang warisan budaya dan seni tradisional.
Tabik.*
Penulis: Nashwa Putri Rizky Ariela, Fahzryani Syah Putri. (Mahasiswa Prodi Film dan Televisi ISI Surakarta)