- Dok.Wikipedia
Karakter Rakyat Sulawesi Selatan Inilah yang Membuat Belanda Frustasi dan Mengirim Kapten Westerling ke Makassar
Baca Juga: Cerita-Cerita Pilu Tentang Pembantaian Kapten Westerling di Sulawesi Selatan
Negara bagian NIT adalah satu dari sejumlah negara bagian bentukan Van Mook, untuk menunjukkan bahwa Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta tidak mewakili aspirasi seluruh penduduk Hindia Belanda.
Untuk tujuan itulah segala cara ditempuh Belanda. Mereka ingin menunjukkan bahwa semua penduduk Indonesia Timur, terutama Sulawesi Selatan, bahwa mereka mendukung proyek NIT.
Rencana itu tidak berjalan mulus. Meski sebagian besar pemuda pejuang Sulawesi Selatan sudah hijrah berjuang di Jawa, sebagian pejuang tetap bertahan di daerah masing-masing. Mereka inilah yang menjadi duri dalam daging Pemerintahan Kolonial Belanda.
"Meski kecil-kecilan, perlawanan terjadi di mana-mana. Belanda yang kewalahan akhirnya memilih jalan teror demi membungkam aspirasi rakyat yang menolak proyek NIT." ungkap Salim Said.
Para bangsawan Bugis dan Makassar memobilisasi pengikutnya melakukan perlawanan kepada Belanda. Tidak hanya di tanah Sulawesi Selatan, mereka juga mengirim delegasi ke Jakarta untuk menyatakan dukungan kepada Pemerintahan Soekarno - Hatta.
Mereka juga mengatur pertemuan para pemuka masyarakat se-Sulawesi Selatan untuk mencari jalan menyampaikan dukungan kepada Proklamasi lahirnya Indonesia.
Foto; Pembantaian Pasukan Westerling di Alun-Alun Barru, Sulawesi Selatan (Dok.Maarten Hidskes)
Dua tokoh penting yang terbunuh akibat kekejaman Westerling adalah Datu Suppa Toa (senior), Andi Makkasau, dan Datu Suppa Lolo (junior) Andi Abdullah Bau Massepe.
Datu Suppa Toa adalah mantan Datu Suppa, sedangkan penggantinya waktu itu adalah Andi Abdullah Bau Massepe, putra Raja Bone, Andi Mappanyukki.
"Kedua bangsawan tinggi Bugis ini memainkan peran besar dalam mengorganisasikan serta mengarahkan gerakan mendukung kemerdekaan Indonesia." tulis Salim Said.