- ANTARA
Wall Street Bergejolak Usai The Fed Pangkas Suku Bunga, Dow Tembus Rekor Baru
Jakarta, tvOnenews.com – Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (17/9) waktu setempat atau Kamis (18/9/2025) dini hari waktu Indonesia. Pergerakan ini terjadi setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan memangkas suku bunga acuan.
Indeks S&P 500 turun tipis 0,1% ke level 6.600,35, sementara Nasdaq Composite terkoreksi 0,3% ke 22.261,33. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average justru melesat 260,42 poin atau 0,6% hingga ditutup di 46.018,32. Bahkan, Dow sempat menembus rekor tertinggi sepanjang masa sebelum sesi berakhir.
Saham Teknologi Tertekan
Keputusan pemangkasan suku bunga langsung memicu aksi ambil untung pada saham teknologi besar. Raksasa seperti Nvidia, Oracle, Palantir, hingga Broadcom kompak ditutup melemah, sehingga menekan kinerja Nasdaq dan S&P 500.
Investor menilai saham-saham teknologi yang menjadi pemenang di tengah bull market sebelumnya sudah mencatat keuntungan signifikan. Oleh karena itu, keputusan The Fed dijadikan momentum untuk merealisasikan cuan.
Dow dan S&P Ditopang Saham Perbankan dan Konsumer
Sebaliknya, saham-saham yang cenderung diuntungkan dari penurunan suku bunga justru menjadi penopang pasar. Walmart, JPMorgan, dan American Express mencatatkan penguatan di sesi perdagangan, membantu mengangkat kinerja Dow Jones dan menjaga S&P dari pelemahan lebih dalam.
Sektor perbankan dan konsumsi diproyeksikan akan mendapat dorongan positif dari biaya pinjaman yang lebih rendah, sehingga aksi beli investor meningkat.
The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Bps
Dalam pertemuan September, The Fed resmi memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 4,00%–4,25%. Bank sentral juga memberikan sinyal akan ada dua kali pemangkasan tambahan hingga akhir tahun ini.
Namun, komentar Ketua The Fed Jerome Powell justru memicu kekecewaan pasar. Powell menegaskan bahwa langkah ini bukanlah respons terhadap inflasi, melainkan bentuk manajemen risiko jika ekonomi melambat tajam.
“Tidak ada jalur yang bebas risiko saat ini. Tidak jelas apa yang paling tepat dilakukan,” ujar Powell, dikutip CNBC International, Kamis (18/9/2025).
Proyeksi 2026 Lebih Hawkish
Selain keputusan pemangkasan, The Fed juga merilis pandangan lebih hawkish untuk tahun depan. Para pejabat bank sentral memperkirakan hanya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga pada 2026, jauh lebih lambat dari ekspektasi pasar yang mengantisipasi dua hingga tiga kali pemangkasan.
Proyeksi dot plot yang dirilis juga menunjukkan perbedaan pandangan signifikan di antara anggota The Fed, menandakan ketidakpastian arah kebijakan moneter.
Ekonom: Fed Tak Lagi Panik soal Inflasi
Menurut Christopher S. Rupkey, Kepala Ekonom FWDBONDS, langkah pemangkasan dengan besaran kecil menunjukkan The Fed tidak lagi melihat inflasi sebagai ancaman utama.
“Secara keseluruhan, pejabat Fed tidak menekan tombol panik karena mereka memilih memangkas suku bunga dengan besaran terkecil pada pertemuan September,” kata Rupkey.
Ia menambahkan, kini perhatian The Fed lebih tertuju pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, terutama akibat minimnya perekrutan tenaga kerja. Situasi tersebut dinilai lebih berisiko dibandingkan ancaman inflasi yang sudah mulai mereda.
Dampak bagi Pasar Global
Pergerakan Wall Street usai keputusan The Fed diyakini akan memengaruhi pasar global, termasuk Asia dan Eropa. Investor global kini menunggu kejelasan arah kebijakan moneter AS ke depan, mengingat The Fed masih menjadi acuan utama pasar keuangan internasional.
Jika tren pemangkasan berlanjut, pasar obligasi dan mata uang berpotensi mengalami pergeseran signifikan, sementara bursa saham akan tetap berfluktuasi mengikuti ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS. (nsp)