- tvOnenews - adinda
Pedagang Pakaian Pasar Paseban Ungkap Dampak Mengerikan Demo dan Toko Online: Lama-lama Mati Kita
Jakarta, tvOnenews.com - Wanita berusia 49 tahun, Yuli mengaku bahwa dampak aksi unjuk rasa hingga hadirnya toko online saat ini, memperkeruh pendapatannya selama berjualan pakaian di Pasar Paseban, Jalan Kramat Raya, Senen, Kota Jakarta Pusat.
Hal ini diungkapkan dirinya saat ditemui tim tvOnenews.com, yang melihat kondisi Pasar Paseban pada Selasa (16/9/2025) usai tercatat sebanyak 60 dari 153 pasar tradisional di Jakarta kini dalam kondisi kumuh dan rawan banjir.
“Ya sepi ini udah semenjak kemarin itu. Semenjak habis keributan itulah tambah parah. Kemarin juga sih emang sepi-sepi juga, tapi ya satu, dua, tiga adalah (pembeli) gitu. Walaupun enggak banyak-banyak kaya dulu lagi. Tapi semenjak demo itu ya tambah parah, tambah sepi,” kata Yuli.
Tak hanya tokonya, Yuli juga menceritakan tempat dirinya membeli barang dagangan di Pasar Tanah Abang juga mengalami hal yang sama, yakni sepi dengan pembeli.
“Di Tanah Abang juga begitu, belanja orang juga begitu. Ya, apalagi di Tanah Abang kan pusat grosir, ya. Otomatis kan kalau pas satu sepi, ya dia pasti sama. Gitu sama, sepi juga. Kan dia (Tanah Abang) juga kita yang belanja,” tutur Yuli.
Selain imbas adanya demo berujung kericuhan, Yuli menyebutkan bahwa zaman yang semakin modern dan munculnya toko online, juga berimbas terhadap minat masyarakat untuk belanja ke pasar.
“Dulu sih sebelum itu ya rame. Sebelum COVID pas COVID, makin ke sini tambah online tuh udah,” tutur Yuli.
“Soalnya sekarang banyak kalah juga sama online. Iya, semua online kakak tahu sendiri kan,” katanya.
Kemudian Yuli mengaku saat ini dirinya hanya berharap mendapatkan rezeki dari masyarakat yang berkunjung langsung ke tokonya. Sebab untuk memasarkan dagangannya di toko online, dirinya mengaku orang awam yang tidak mengerti kecanggihan teknologi.
“Gak ada toko online. Aku gak bisa. Satu, gak bisa. Dua juga gak bisa coba-coba depan kamera itu kita nggak bisa. Nggak bisa kita ngomong itu juga nggak bisa, gitu,” ucap Yuli.
Sementara itu Yuli mengaku setuju dengan pernyataan Pusat Koperasi Pedagang Pasar (Puskoppas) DKI Jakarta yang mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI agar membentuk tim penyelamat pasar tradisional.
Sebab pemerintah diperlukan untuk mencari solusi agar pasar tradisional yang telah hadir sejak zaman dahulu ini tidak mati.
“Setuju lah, jadi supaya pasar ini tuh hidup lagi. Jadi gimana lah pemerintah solusinya biar pasar tradisional hidup lagi gak mati aja. Ini mah namanya mati begini, lama-lama mati kita kan, jadi makan modal makan modal, lama-lama kan mati,” terang Yuli. (ars/aag)