- Instagram @smindrawati
Ratapan Sri Mulyani saat Harta Paling Berharganya Dijarah Pria Jaket Merah, Menkeu Meratap Patah Hati: Kejam!
Mereka antara lain Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, dan Sumari.
Ia menilai kehilangan tersebut sebagai tragedi kelam yang menorehkan luka mendalam bagi keluarga korban dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah, dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” ujarnya,.
Menurutnya, situasi chaos kemarin tidak hanya memicu kerusakan fisik, tetapi juga melunturkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar berbangsa.
Ia menegaskan, kerusuhan tak pernah melahirkan pemenang. Justru, yang tersisa hanyalah kehancuran akal sehat, runtuhnya harapan, serta hancurnya fondasi hukum dan perikemanusiaan yang adil dan beradab.
“Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara, kita negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab,” tulis Sri Mulyani.
Sebagai informasi, berdasarkan keterangan warga sekitar Jalan Mandar tempat Menkeu tinggal, penjarahan rumah Sri Mulyani berlangsung dalam dua gelombang.
Gelombang pertama terjadi pukul 01.00 WIB, disusul gelombang kedua pada pukul 03.00 WIB dengan jumlah massa yang lebih besar.
Sejumlah saksi juga menyebut massa berusia rata-rata 20-an tahun itu bergerak terorganisir.
Mereka lebih dulu berkumpul di depan komplek sekitar pukul 00.30 WIB sebelum masuk ke lokasi usai menerima aba-aba. Bahkan, ada saksi yang melihat keberadaan drone di antara kelompok penjarah.
Sri Mulyani pun akhirnya juga menyampaikan permintaan maaf sekaligus menegaskan bahwa insiden ini menjadi momentum evaluasi bersama. (rpi)