Mengerikan, Nilai Rupiah Lemas, Dolar AS semakin Kuat.
Sumber :
  • tim tvOne - Julio

Mengerikan, Nilai Rupiah Lemas, Dolar AS semakin Kuat

Jumat, 26 Juli 2024 - 02:35 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Belakangan ini nilai rupiah menyita perhatian publik. Sebab, kian hari nilai tukar rupiah semakin lemas terhadap dolar AS.

Ironisnya, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah semakin kuat. 

Mengutip data RTI, Kamis (25/7/2024), dolar AS pagi ini tercatat naik 20 poin atau bertambah 0,12% ke level Rp 16.230. Dolar AS berada di level tertingginya pada Rp 16.245 dan terendahnya Rp 16.209.

Secara bulanan dolar AS masih melemah -1%%. Namun jika dilihat dari awal tahun dolar AS juga masih menguat 5,48%.

Dolar AS pagi ini sebenarnya tidak begitu perkasa. Dolar AS masih melemah terhadap euro, franc Swiss, dolar Hong Kong, yen Jepang, dan dolar Taiwan.

Namun, rupiah pagi ini terlihat sangat loyo. Mata uang garuda hanya menguat terhadap dolar Australia, won Korea, baht Thailand dan dolar Taiwan, sisanya rupiah melemah.

Sementara itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini dibuka di zona merah. IHSG turun 50 poin (0,67%) ke 7.215.

IHSG berada di level tertingginya pada 7.268 dan terendahnya 7.207. Sebanyak 133 saham menguat, 272 turun, dan 175 stagnan.  

Sebelumnya diberitakan, usai Thomas Djiwandono dilantik jadi Wamenkeu baru pada Jumat (19/7), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berisiko melemah hingga ke Rp16.200. 

Kemudian, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksikan rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.140 hingga Rp16.200.

Selanjutnya, dikatannya,  para pejabat Bank Sentral AS The Fed mengatakan bahwa waktu pemangkasan suku bunga akan lebih dekat, mengingat inflasi yang membaik dan pasar tenaga kerja cukup positif.

Kendati demikian, menurutnya ancaman pembatasan AS terhadap China meningkatkan kekhawatiran atas perang dagang baru antar-negara. Komentar baru-baru ini oleh calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengenai belanja pertahanan AS di Taiwan juga membuat sentimen kekhawatiran terhadap pasar regional.

Langkah itu dapat mewakili upaya berkelanjutan pemerintahan Biden untuk memutus akses China terhadap kemajuan dalam kecerdasan buatan terhadap teknologi dan industri pembuatan chip. 

"Hal ini juga dapat memicu tindakan pembalasan yang keras dari Beijing, sehingga memicu perang dagang baru antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia," bebernya dalam riset, Kamis (18/7/2024). 

Laporan tersebut muncul ketika China juga menghadapi kekhawatiran atas melambatnya pemulihan ekonomi, terutama setelah data produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Sementara, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 mampu berada dalam rentang 4,7% hingga 5,5% berkat kinerja perekonomian domestik. Konsumsi rumah tangga dan investasi mendorong kinerja produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2024. 

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV juga diperkirakan akan tetap baik. Proyeksi positif ini juga didorong oleh rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% dari PDB serta kinerja ekspor yang meningkat dengan kenaikan permintaan dari mitra dagang utama.

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (18/7/2024). Mayoritas mata uang kawasan Asia lainnya juga kompak lesu tergerus kenaikan dolar AS.

Mengacu data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang rupiah ditutup melemah 0,34% atau 55 poin ke level Rp16.155 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,04% di posisi 103,79.  

Adapun, mayoritas mata uang Asia terpantau melemah di hadapan dolar AS. Misalnya, yen Jepang turun 0,06%, dolar Taiwan melemah 0,10%, won Korea turun 0,04%, rupee India dan ringgit Malaysia melemah 0,05%, serta baht Thailand turun 0,01%. 

Sementara itu, dolar Singapura terpantau stagnan, disusul dolar Hongkong menguat tipis 0,01%, yuan China naik 0,05%, dan peso Filipina menguat 0,10%. (aag)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral