- Antara
Mengapa Pelaku Lokal Menjadi Kunci Utama Penanganan Bencana di Indonesia
tvOnenews.com - Dalam penanganan bencana dan kerja-kerja kemanusiaan, satu pelajaran penting terus menguat di tingkat global: kepemimpinan pelaku lokal menentukan keberhasilan respons dan pemulihan.
Negara-negara maju seperti Jepang, Selandia Baru, dan Kanada telah lama menempatkan komunitas lokal sebagai aktor utama dalam manajemen bencana.
Di Jepang, misalnya, sistem community-based disaster management memberi peran sentral pada warga, organisasi lokal, dan pemerintah daerah dalam merespons gempa serta tsunami. Pendekatan ini dinilai efektif karena pelaku lokal memahami risiko, budaya, dan kebutuhan warganya secara langsung.
Laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA) dan OECD juga menegaskan bahwa respons kemanusiaan yang dipimpin pelaku lokal cenderung lebih cepat, adaptif, dan berkelanjutan.
Prinsip localization of humanitarian aid bahkan menjadi agenda penting dalam World Humanitarian Summit, dengan dorongan agar pendanaan, koordinasi, dan pengambilan keputusan lebih banyak berada di tangan aktor lokal.
Di negara-negara Eropa, organisasi masyarakat sipil lokal didorong menjadi mitra strategis pemerintah, bukan sekadar pelaksana lapangan.
Konteks ini relevan dengan Indonesia, negara rawan bencana yang memiliki kekuatan besar pada jejaring komunitas. Pengalaman berulang menunjukkan bahwa saat bencana terjadi, pelaku lokal, mulai dari komunitas, relawan, hingga organisasi masyarakat sipil, adalah pihak pertama yang hadir dan pihak terakhir yang bertahan mendampingi penyintas.
Kesadaran inilah yang menjadi benang merah Kongres Kemanusiaan Indonesia ke-3, yang mendorong penguatan peran pelaku lokal dalam koordinasi kemanusiaan nasional.
Melansir dari ANTARA, Kongres Kemanusiaan Indonesia ke-3 digelar sebagai ruang refleksi dan konsolidasi untuk menata arah masa depan gerakan kemanusiaan di Indonesia.
Mengusung tema “Dari Respon Bencana Banjir dan Longsor Sumatera Menuju Koordinasi Kemanusiaan yang Mandiri dan Kolaboratif Dipimpin oleh Pelaku Lokal”, kongres ini menegaskan bahwa kepemimpinan pelaku lokal bukan pilihan tambahan, melainkan kebutuhan sistemik.
“Pengalaman respon banjir dan longsor Sumatera menunjukkan bahwa pelaku lokal bukan pelengkap, melainkan fondasi. Mereka hadir paling awal, memahami konteks, dan menjaga martabat penyintas,” ujar Tomy Hendrajati, Dewan Pakar Kongres Kemanusiaan Indonesia III sekaligus Presiden Human Initiative.