Baru Terungkap Pengakuan Penjaga Kos dan Keluarga Diplomat Arya Daru soal Kematian Misterius yang Disebut Polisi Tidak Ada Keterlibatan Pihak Lain

Jakarta, tvOnenews.com – Kasus kematian misterius diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI Arya Daru Pangayunan (39) kini memasuki babak baru.

Setelah lebih dari tiga pekan penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan belum menemukan bukti keterlibatan pihak lain dalam kasus ini.

Temuan itu senada dengan kesimpulan awal penyelidikan Polda Metro Jaya yang menyebut bahwa Arya Daru meninggal dunia karena bunuh diri.

Namun di balik kesimpulan ini keraguan dan ketidakpuasan keluarga masih menggantung.

Komnas HAM telah melakukan dua kali peninjauan langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di indekos Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, masing-masing pada 11 dan 22 Juli 2025.

Tak hanya itu Komnas HAM juga meminta keterangan dari 12 saksi kunci termasuk keluarga korban rekan kerja, dan jajaran Kementerian Luar Negeri.

Penilaian dilakukan dengan menelaah dokumen penyelidikan dari Polda Metro Jaya, hasil autopsi RSCM, hingga analisis psikologi forensik dari Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik).

Hasilnya tidak ditemukan indikasi kuat yang mengarah pada keterlibatan orang lain.

Meski begitu Komnas HAM tidak menutup kemungkinan adanya perkembangan baru.

"Kami meminta agar pihak kepolisian tetap membuka ruang penyelidikan lanjutan bila di kemudian hari ditemukan bukti atau fakta baru," ujar perwakilan Komnas HAM dalam keterangan persnya.

Namun keluarga besar Arya Daru Pangayunan belum bisa menerima kesimpulan tersebut. Melalui pernyataan yang disampaikan Meta Bagus, kakak ipar almarhum, mereka menyatakan keyakinan kuat bahwa Arya tidak melakukan tindakan bunuh diri.

"Kami mengenal beliau lebih dari sekadar rekam medis atau kesimpulan teknis. Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu," tegas Meta.

Menurut keluarga sejumlah fakta dan kronologi yang disampaikan oleh aparat belum cukup menjelaskan mengapa Arya ditemukan dengan wajah terlilit lakban dan tubuh tertutup selimut.

Apalagi Arya dikenal sebagai pribadi tertib, spiritualis, dan jauh dari indikasi depresif.

Kini keluarga telah menunjuk tim kuasa hukum untuk mengawal penyelidikan lebih lanjut dan menggali potensi kejanggalan yang belum terungkap.

Arya ditemukan dalam kondisi mengenaskan pada Selasa pagi, 8 Juli 2025, di kamar nomor 105 indekos Gondangdia. Tubuhnya tertutup selimut, wajah dan kepala terbungkus lakban.

Pihak kepolisian menyatakan bahwa penyebab kematian adalah gangguan pertukaran oksigen akibat tertutupnya saluran pernapasan atas.

“Penyebab kematian korban adalah akibat gangguan pertukaran oksigen dari saluran pernapasan atas,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya.

Penjaga kos Siswanto menjadi saksi penting dalam kasus ini. Ia merupakan orang pertama yang menemukan jenazah Arya setelah berkali-kali ditelepon oleh Meta Ayu Puspitantri istri Arya sejak tengah malam.

Menurut pengakuannya Meta meminta agar Siswanto mengecek kondisi kamar suaminya yang gelap gulita serta bahkan memintanya mendobrak pintu jika perlu.

Setelah mendapat izin dari pemilik kos Siswanto membuka jendela dan menyaksikan pemandangan yang tak akan pernah ia lupakan.

“Awalnya saya kira handuk kuning, ternyata lakban,” kata Siswanto dengan suara gemetar.

Meski secara hukum kasus ini bisa saja ditutup bila tak ada bukti baru, kecurigaan publik dan keluarga masih menyelimuti kasus kematian diplomat muda ini. B

eberapa pihak mendesak agar rekonstruksi ulang dilakukan untuk menjawab kemungkinan lain yang selama ini dikesampingkan.

Komnas HAM boleh saja menegaskan tidak ada temuan keterlibatan pihak ketiga. Namun narasi publik belum seiring dengan kesimpulan aparat.

Satu hal yang jelas kematian Arya Daru Pangayunan belum menemukan titik terang sepenuhnya.