- Istimewa
Tinjau Tiga Layanan Kesehatan Baru di RSUD Tarakan, Pj. Gubernur Heru Berharap Kesehatan Masyarakat Lebih Baik
tvOnenews.com - Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Dian Ekowati meninjau tiga layanan kesehatan baru di RSUD Tarakan, Cideng, Jakarta Pusat, pada Rabu (11/9). Tiga unit baru tersebut yaitu layanan kesehatan untuk penyakit Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO), penanganan luka bakar, dan stroke.
“Hari ini saya meninjau lokasi RSUD Tarakan. Ada beberapa hal yang saya lihat, antara lain tempat ruang rawat inap penanganan luka bakar. Fasilitasnya sudah cukup lengkap. Kedua, ruang khusus penanganan TB MDR (Multidrug Resistant). Ini merupakan ruangan khusus, ruang isolasinya cukup baik. Ketiga, kita melihat pelayanan DSA (Digital Substraction Angiography) untuk penanganan stroke,” kata Pj. Gubernur Heru.
Ketiga layanan kesehatan baru tersebut makin melengkapi pelayanan RSUD Tarakan untuk masyarakat. “Jadi RSUD Tarakan sudah cukup lengkap. Mudah-mudahan untuk penanganan luka bakar fasilitasnya dapat dikembangkan lebih lanjut. Sehingga RSUD Tarakan lebih lengkap lagi dengan penanganan nyeri dengan stem cell dan seterusnya,” ujarnya.
Pj. Gubernur Heru berharap, pengembangan layanan kesehatan dengan peralatan kesehatan yang modern ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan terbaik di Jakarta. “Semoga pengembangan rumah sakit ini, dengan peralatan yang cukup baik, bisa dimanfaatkan masyarakat menuju masyarakat yang sehat,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menambahkan, TB RO merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang terus meningkat, sehingga memerlukan upaya pengendalian yang serius. Hal itu juga sejalan dengan program pemerintah pusat yang terus mengembangkan pelayanan dan kemampuan sumber daya agar pengendalian TB RO berjalan secara berkesinambungan.
“Karena itu, RSUD Tarakan sebagai RSUD Kelas A di bawah Dinkes Pemprov DKI Jakarta membuka layanan TB RO dengan mengusung pelayanan terpadu TB RO, mulai dari penemuan kasus, penegakan diagnosis, pengobatan, pemantauan pengobatan, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap, bahkan pasien yang membutuhkan perawatan intensif di ruang rawat kritis,” kata Ani.
Saat ini, fasilitas kesehatan pelayanan TB RO Rawat Inap di DKI Jakarta terdapat di 11 Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Islam (RSIJ) Cempaka Putih, Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUD Pasar Minggu, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan , ?RSUD Cengkareng, ?RSUP Fatmawati, RSUD Koja (internal), RSIJ Sukapura, dan RSUD Kalideres.
“Pelayanan rawat inap TB RO di RSUD Tarakan memiliki kapasitas sepuluh tempat tidur yang terdiri dari delapan tempat tidur ruang rawat biasa dan dua tempat tidur ruang rawat intensif, dilengkapi dengan fasilitas ventilator, bed side monitor, dan ruang tindakan khusus untuk TB RO,” terangnya.
Ani memaparkan, pada semester I tahun 2024, terdapat sekitar 30 ribu kasus TB baru di Jakarta. Melihat angka kasus tersebut, Ani menegaskan, penting dilakukan upaya pencegahan, salah satunya dengan menginvestigasi kontak terdekat pasien agar dapat memutus tali penularan TB.
Sementara ruang rawat unit luka bakar, Ani menerangkan, merupakan rencana strategis RSUD Tarakan untuk meningkatkan kompetensi dalam menjalankan tugasnya sebagai rumah sakit rujukan regional. Selain itu juga merupakan bagian dari masterplan pengembangan layanan Dinkes Provinsi DKI Jakarta. Pengembangan layanan luka bakar akan menangani tingginya prevalensi luka bakar, penanganan spesifik dan multidisiplin, keterbatasan fasilitas luka bakar, mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus luka bakar, pengendalian infeksi, dan peningkatan kapasitas layanan kesehatan.
Sedangkan untuk layanan stroke, Ani mengungkapkan, RSUD Tarakan telah menyediakan layanan Digital Subtraction Angiography (DSA) yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mendeteksi kelainan pembuluh darah di otak, sehingga dapat ditentukan lokasi sumbatan dan mengukur persentase penyempitan pembuluh darah di otak.
“Prosedur DSA juga dapat mendeteksi kelainan struktur pembuluh darah, dan juga dapat dilakukan pada kasus tumor otak,” pungkasnya.(chm)