- Tim tvOne - Ari Wibowo
Tujuh Alat Peringatan Dini Tsunami di Pantai Selatan Kulon Progo Rusak
Kulon Progo, DIY - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) megumumkan setidaknya ada tujuh Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini bencana tsunami yang rusak. Saat ini, instansi tersebut tengah mengajukan permohonan perbaikan kepada pemerintah di tingkat provinsi.
Kepala BPBD Kulon Progo Joko Satyo Agus Nahrowi mengatakan, total ada tujuh dari delapan EWS tsunami milik BPBD Kulon Progo yang kini rusak atau tidak berfungsi sama sekali.
Ketujuh alat sistem peringatan dini bencana tsunami yang rusak tersebut berada di pesisir pantai Kulon Progo. Kemudian untuk satu yang masih berfungsi kini kondisinya tidak terkoneksi dengan pusat pengendalian operasi (Pusdalops) BPBD Kulon Progo.
"Untuk EWS tsunami kami punya tujuh dan itu rusak semua, ada satu yang masih berfungsi tetapi itu tidak terkoneksi dengan alat di Pusdalops. Saat ini kami tengah berupaya agar EWS itu bisa terkoneksi dengan alat kami," ujar Joko (26/11/2021.
Terkait dengan tindak lanjut rusaknya tujuh EWS milik BPBD Kulon Progo itu, Joko menyatakan pihaknya telah memohon kepada BPBD DIY agar bisa dilakukan perbaikan. Sehingga harapannya, alat deteksi dini bencana tsunami tersebut bisa berfungsi kembali.
Pihaknya pun, lanjutnya, juga telah berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya seperti Yogyakarta International Airport (YIA) yang memiliki EWS mandiri. Agar ketika terjadi potensi bencana, BPBD Kulon Progo tetap mendapat pemberitahuan terhadap bencana dan melalukan upaya mitigasi.
Sementara untuk EWS tanah longsor, Joko menyatakan pihaknya memiliki beberapa alat untuk deteksi dini bencana yang berbasis server dan langsung terkoneksi dengan BPBD Kulon Progo sebanyak tiga alat.
Ketiganya berada di tiga kapanewon yakni Kalibawang, Girimulyo serta Samigaluh masing-masing satu alat. Kemudian untuk EWS dengan sistem manual ada sebanyak 15 alat yang tersebar di beberapa wilayah rawan bencana.
"Dengan adanya EWS ini harapannya masyarakat dan tim kami bisa menerima informasi potensi bencana dengan cepat, terlebih-lebih dengan adanya fenomena La Nina seperti saat ini," ucapnya.
Lebih lanjut, terkait dengan fenomena La Nina saat ini, Joko juga menghimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi. Seperti bencana tanah longsor, banjir dan pohon tumbang
Pasalnya, dari hasil catatan BPBD Kulon Progo sudah ada beberapa bencana yang terjadi. Diantaranya bencana tanah longsor di Kecamatan Girimulyo sebanyak dua titik dan Pengasih dua titik.
"Saat hujan deras yang mengguyur wilayah Kulon Progo beberapa waktu lalu, kami mencatat ada empat titik longsor. Beberapa diantaranya bahkan sempat menutup akses jalan," terangnya.
Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan, terkait parsiapan mengahadapi La Nina ini setidaknya ada 297 personil personil gabungan yang disiagakan. Ratusan personil tersebut terdiri dari personil polisi, Basarnas, Satpol PP dan hingga unsur-unsur kemasyarakatan.
Dikatakan Sutedjo, adanya fenomena La Nina memang berdampak pada meningkatnya curah hujan yang menaikkan potensi bencana hidrometeorologi. Seperti bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang serta angin kencang.
Kondisi geografis kabupaten Kulon Progo yang merupakan daerah rawan bencana juga turut meningkatkan resiko dari bencana tersebut. Sehingga perlu persiapan sebelum bencana terjadi, termasuk personil dan upaya mitigasi.
Lebih dari itu, Sutedjo menyatakan bahwa Pemkab Kulon Progo juga telah menyiapkan anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) sebesar Rp.20 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk penanganan dampak bencana dari fenomena La Nina.
"BMKG telah memberikan himbauan terkait potensi bencana dari fenomena La Nina. Sehingga segala sesuatunya sudah sepatutnya harus dipersiapkan," ujar Sutedjo. (Ari Wibowo/Buz).