Di Balik 6 Emas dan Gelar Juara Umum, Timnas Wushu Indonesia Pernah Alami Hal Miris di SEA Games 2023, Begini Kisahnya
- Instagram @meltryand
tvOnenews.com - Jelang SEA Games 2025 di Thailand, kisah lama yang pernah dialami Timnas Wushu Indonesia di SEA Games 2023 Kamboja kembali mencuat dan menjadi sorotan.
Sebagai informasi, pada gelaran SEA Games 2023 di Kamboja, kontingen Indonesia sukses membukukan sejumlah prestasi dari berbagai cabang olahraga.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah cabang wushu, yang tampil luar biasa dengan mengoleksi 6 medali emas, 6 medali perak, dan 2 medali perunggu.
Raihan tersebut kembali mengantarkan Indonesia menjadi Juara Umum Cabang Wushu di SEA Games 2023, setelah terakhir kali meraih predikat serupa pada edisi 2012 silam.
- Instagram @meltryand
Medali emas berhasil dipersembahkan oleh Muhammad Daffa Golden Boy, Edgar Xavier Marvelo, Rosa Beatrice Malau, Bintang Reindra Nada Guitara, Laksmana Pandu Pratama, dan Tharisa Dea Florentina.
Sementara itu, kontribusi medali perak diberikan oleh Edgar Xavier Marvelo, Harris Horatius, Tasya Ayu Puspa Dewi, Eugenia Diva Widodo, serta Samuel Marbun.
Adapun medali perunggu disumbangkan oleh Seraf Naro Siregar dan Bayu Raka Putra
Namun, di balik keberhasilan meraih hasil memuaskan tersebut, ternyata terdapat cerita pilu yang sempat dialami atlet dan staf pelatih selama berada di Kamboja.
Iwan Kwok, yang kala itu menjabat sebagai Manajer Timnas Wushu bersama Lettu Mar Mukhlis, mengungkapkan bahwa kebanggaan atas prestasi besar tersebut tidak terlepas dari berbagai hambatan berat yang harus mereka hadapi.
Menurutnya, ada banyak masalah yang muncul sejak awal keberangkatan hingga sesampainya di lokasi pertandingan.
Salah satu persoalan paling memprihatinkan adalah kondisi athletes village yang disediakan tuan rumah.
Mengutip dari berbagai sumber, Iwan menyebut bahwa satu unit apartemen bahkan bisa dihuni hingga 11 orang dan dicampur antara pelatih dan atlet.
Kondisi makin memprihatinkan karena fasilitas kamar mandi hanya tersedia dua unit, sedangkan ruang tamu terpaksa diubah menjadi tempat tidur.
"Ini kan kondisi yang tidak wajar, dengan kamar mandi yang cuma ada dua. Bahkan, ruang tamu dijadikan tempat tidur. Sebenarnya hal ini harusnya di antisipasi oleh NOC (Komite Olimpiade Nasional) karena kan mereka sudah harus tahun ini memang kondisi penginapan yang tidak layak," ucap Iwan kala itu.
Beruntung, setelah masalah tersebut dilaporkan kepada panitia penyelenggara, pihak Kamboja langsung menambah kamar sehingga atlet putra dan putri bisa dipisahkan.
Namun persoalan tidak berhenti di situ. Bahkan sebelum berangkat ke SEA Games, tim wushu sudah menghadapi kendala besar lainnya, terutama soal dukungan dana untuk training camp.
Tim wushu Indonesia seharusnya mengikuti pemusatan latihan bersama negara-negara lain di Tiongkok.
Namun dana dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kala itu terlambat dicairkan, membuat keberangkatan tim sempat terancam.
Dalam kondisi sulit tersebut, Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) bergerak cepat.
Dedikasi dan kerja sama internal membuat seluruh atlet akhirnya tetap dapat berangkat ke Tiongkok dan mengikuti program latihan intensif yang sangat dibutuhkan.
Iwan menegaskan bahwa pengalaman ini harus menjadi pelajaran penting bagi pemerintah.
Ia berharap para atlet yang mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional mendapat dukungan yang lebih baik, konsisten, dan tidak terhambat masalah teknis di luar lapangan.
Dengan begitu, atlet bisa sepenuhnya fokus pada latihan dan meraih prestasi optimal.
Kini, jelang SEA Games 2025 di Thailand yang akan berlangsung pada 9–20 Desember 2025, Timnas Wushu Indonesia kembali menatap tantangan baru.
Ketua Umum PB Wushu Indonesia, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Thailand memangkas jumlah nomor pertandingan dari 21 nomor pada edisi 2023 menjadi hanya 14 nomor.
Pemangkasan tersebut otomatis membuat target medali harus disesuaikan.
Menurut Airlangga, beberapa nomor favorit yang sebelumnya menyumbangkan enam emas tidak lagi dipertandingkan.
Hal ini membuat target realistis menjadi pilihan utama, sembari tetap menjaga optimisme bahwa wushu Indonesia mampu tampil kompetitif meski menghadapi kondisi berbeda. (asl)
Load more