Gara-gara Megawati Hangestri, Karier Pelatih Timnas Voli Putri Filipina Harus Berakhir Usai SEA Games 2025?
- instagram SAVA
tvOnenews.com - Nasib pelatih timnas voli putri Filipina menjadi sorotan tajam usai berakhirnya SEA Games 2025 di Thailand.
Kegagalan meraih satu pun medali kembali memperpanjang puasa prestasi yang telah berlangsung selama dua dekade.
Situasi ini memicu keputusan besar di tubuh federasi, yang akhirnya berujung pada berakhirnya masa jabatan sang pelatih kepala, Jorge Souza De Brito, setelah empat tahun menukangi tim nasional.
Keputusan tersebut tak bisa dilepaskan dari performa Filipina di SEA Games 2025, terutama saat langkah mereka dihentikan Indonesia pada perebutan medali perunggu.
Dalam laga krusial itu, Filipina harus mengakui keunggulan Timnas Voli Putri Indonesia yang tampil solid dengan Megawati Hangestri Pertiwi sebagai pusat kekuatan serangan. Kekalahan ini menjadi titik balik yang menandai babak baru bagi voli putri Filipina.
Filipina Puasa Medali, De Brito Dilepas Federasi
Perjalanan tim voli putri Filipina di SEA Games 2025 berakhir pahit. Jia De Guzman dan rekan-rekan gagal menembus podium, melanjutkan catatan tanpa medali yang sudah berlangsung selama 20 tahun.
Kekalahan dari Indonesia pada laga perebutan perunggu menjadi penutup yang menyakitkan bagi Filipina di ajang tersebut.
Dalam pertandingan yang digelar Senin (15/12/2025), Filipina tak mampu membendung permainan agresif Indonesia dan harus menyerah dengan skor 1-3 (28-26, 13-25, 30-28, 26-24). Tim asuhan Marcos Sugiyama kembali mempertahankan tradisi medali perunggu untuk edisi keempat secara beruntun.
Hasil ini turut membawa konsekuensi besar bagi Jorge Souza De Brito. Federasi Bola Voli Filipina (PNVF) memastikan pelatih asal Brasil tersebut telah mengakhiri tugasnya sebagai juru taktik timnas putri.
Meski kontraknya sejatinya baru akan berakhir pada Juli 2026, De Brito mengungkap bahwa ia telah menerima pemberitahuan pemutusan kerja sama sejak 15 Oktober lalu.
Pernyataan De Brito soal Pemecatan dan Persiapan Tim
De Brito menegaskan bahwa kegagalan meraih medali di SEA Games 2025 bukan satu-satunya alasan di balik keputusannya mundur. Ia mengaku memahami langkah federasi dan tidak menyimpan rasa kecewa.
- Instagram @megawatihangestrip
“Saya selalu berada di bawah naungan federasi, bekerja untuk sebuah program,” ujar De Brito, dikutip dari laman Inquirer.
“Jadi bagi saya, cukup mudah untuk memahami keputusan tersebut, meskipun sulit karena berada di tengah-tengah segalanya.”
Ia menambahkan bahwa keputusan tersebut bersifat teknis dan diambil oleh pihak yang berwenang. “Hasilnya sudah terlihat, dan ini adalah jenis keputusan yang harus dibuat oleh orang-orang yang berwenang,” katanya.
De Brito juga menyoroti keterbatasan waktu persiapan sebagai faktor penting kegagalan Filipina. “Dengan dukungan yang Anda dapatkan saat itu, sejujurnya, semua tim lain memiliki persiapan penuh,” ucapnya.
Ia secara khusus menyinggung Indonesia yang memiliki waktu latihan hingga 40 hari dengan intensitas dua kali sehari, serta negara lain seperti Thailand dan Vietnam yang kompetisi liganya sudah berjalan sejak Januari.
Meski gagal meraih medali, De Brito tetap meminta publik Filipina bangga terhadap perjuangan tim. “Kita harus benar-benar bangga dengan hasil yang kita raih, tidak ada alasan. Semua pemain berkomitmen dan memberikan segalanya,” tegasnya.
Megawati Hangestri, Ujung Tombak Indonesia di SEA Games 2025
Di sisi lain, kemenangan Indonesia tak lepas dari peran luar biasa Megawati Hangestri Pertiwi. Pevoli asal Jember itu menjadi mimpi buruk bagi pertahanan Filipina dengan torehan 26 poin dalam laga perebutan perunggu.
Performanya memastikan Indonesia pulang dengan medali perunggu, sesuai target yang telah ditetapkan.
Tak hanya di laga tersebut, Megawati juga tampil konsisten sepanjang turnamen. Mengutip laman Volleytrails, pemain berjuluk Megatron itu keluar sebagai pencetak poin terbanyak di voli putri SEA Games 2025 dengan total 69 poin dari lima pertandingan.
Ia unggul atas Tran Thi Thanh Thuy (Vietnam) dengan 54 poin, serta nama-nama besar lain seperti Kokram Pimpichaya (Thailand) dan Alyssa Solomon (Filipina).
Kontribusi Megawati tidak hanya terlihat dari angka, tetapi juga dari perannya membangkitkan semangat tim. Hal ini diakui sang pemain usai turnamen.
“Alhamdulillah kami mendapatkan hasil yang sama di tahun-tahun sebelumnya dan bisa mempertahankan perunggu. Itu suatu kebanggaan, apalagi ini skuad baru dengan junior yang juga tampil,” kata Megawati, dilansir dari Detik.com, Kamis (18/12).
Keberhasilan Indonesia mempertahankan medali perunggu menegaskan konsistensi Timnas Voli Putri di level Asia Tenggara. Sementara bagi Filipina, kegagalan ini menjadi alarm keras untuk melakukan evaluasi menyeluruh, demi mengakhiri puasa medali yang kian panjang. (udn)
Load more