Tak Mau Tutupi Lagi, Ko Hee-jin Akhirnya Jujur Soal Megawati Hangestri: Kalau Federasi Mengubah Aturan, Saya Ingin Bermain Bersama Mega Selamanya!
- Naver / Red Sparks
tvOnenews.com - Ko Hee-jin tak mau tutupi lagi, akhirnya jujur soal Megawati Hangestri usai dirinya hengkang dari Red Sparks dan Liga Voli Korea.
Federasi Bola Voli Korea Selatan (KOVO) telah mengumumkan perubahan signifikan dalam regulasi perekrutan pemain asing untuk V-League musim 2026–2027.
Salah satu kebijakan yang paling disorot adalah kembalinya sistem bebas transfer (free agent), menggantikan sistem undian dan uji coba (try out) yang digunakan selama satu dekade terakhir.
Sebelumnya, klub-klub harus memilih pemain asing melalui sistem undian setelah mengikuti sesi try out.
Metode ini dinilai membatasi klub dalam memilih pemain terbaik dan menyulitkan mereka saat mencari pengganti di tengah musim.
Akibatnya, kualitas pemain asing yang berlaga di V-League pun ikut terdampak. Kini, dengan sistem free agent kembali diterapkan, setiap klub dapat melakukan pendekatan langsung kepada pemain asing incaran tanpa perlu melalui skema seleksi yang rumit.
- KOVO / Red Sparks
Daejeon JungKwanJang Red Sparks, salah satu klub papan atas di V-League, termasuk yang paling vokal mendorong perubahan ini.
Pelatih mereka, Ko Hee-jin, mengutarakan harapan besarnya agar bisa kembali bekerja sama dengan bintang Indonesia, Megawati Hangestri, yang selama dua musim terakhir menjadi andalan tim.
“Bermain bersama Megawati adalah kenangan yang tak akan terlupakan, terlepas dari hasil di final,” ujar Ko Hee-jin seperti dikutip dari KBS News (26 Juni 2025).
“Jika sistem free agent ini diterapkan, saya ingin Mega kembali memperkuat tim selama saya masih melatih.”
Megawati, yang akrab dijuluki “Megatron”, berhasil mencetak sejarah bersama Red Sparks dengan membawa tim ke babak playoff di musim debut (2023-24) dan mencapai partai puncak pada musim berikutnya (2024-25).
Kontribusinya yang luar biasa menjadikannya salah satu pemain paling produktif di V-League, terutama di posisi opposite hitter.
- KOVO
Gaji Kecil Jadi Alasan Megawati Hangestri Cabut dari Red Sparks?
Namun, meski prestasinya mentereng, Megawati tetap terjebak dalam ketentuan gaji maksimal untuk pemain dari kuota Asia, yakni USD 150 ribu per musim atau sekitar Rp 2,4 miliar.
Angka ini bahkan lebih rendah dari sebagian besar pemain lokal yang kontribusinya tak sebanding. Media Segye Ilbo mengkritik sistem ini dalam laporan Januari 2025.
“Dari 10 pemain dengan gaji tertinggi di Korea, kecuali Kim Yeon-koung dan Yang Hyo-jin, tak ada yang kontribusinya melebihi Mega,” tulis mereka.
“Bahkan Kim dan Yang tidak berada di level Megawati jika dibandingkan dari rasio performa terhadap gaji.”
Sebagai catatan, batas gaji pemain asing V-League untuk musim mendatang ditetapkan sebesar USD 300 ribu bagi pemain putri, sementara untuk pemain kuota Asia tetap dibatasi pada angka USD 150 ribu per musim.
Angka ini hanya naik USD 30 ribu sejak slot Asia diperkenalkan pada 2023.
Padahal, level persaingan pemain Asia, termasuk dari Thailand, Jepang, Vietnam, dan Indonesia, sudah menyaingi Korea Selatan, yang kini berada di posisi kelima dalam peringkat bola voli putri Asia.
Situasi Megawati sempat menjadi sorotan karena sempat dipertimbangkan untuk mengikuti kembali jalur try out agar bisa kembali bermain di Korea.
Namun dengan diberlakukannya sistem free agent, pintu negosiasi langsung kembali terbuka bagi pemain seperti Megawati yang memiliki nilai jual tinggi.
Namun, KOVO tetap menegaskan batasan dalam sistem baru ini. Mereka menetapkan aturan penalti bagi klub yang melanggar ketentuan gaji pemain asing atau kuota Asia.
“Jika ditemukan pelanggaran seperti kelebihan gaji, pemain bersangkutan akan langsung dikeluarkan dari musim berjalan,” demikian pernyataan resmi KOVO.
“Klub juga akan kehilangan hak merekrut pemain asing dan kuota Asia untuk musim berikutnya.”
Situasi ini menjadi dilema bagi pemain berkelas seperti Megawati. Di satu sisi, performanya menuntut pengakuan setara dari sisi finansial, namun di sisi lain, sistem gaji yang belum sepenuhnya adaptif justru membatasi langkahnya.
Ko Hee-jin pun mengakui, sebagai pelatih yang pernah dua musim bersama Mega, ia merasa kehilangan sosok pemain yang tak hanya berkontribusi di lapangan.
Akan tetapi juga menjadi bagian emosional dari keluarga tim. Kini, dengan sistem baru, harapan untuk menyatukan kembali kerja sama itu masih terbuka. (udn)
Load more