Keajaiban Dzikir Hasbunallah Wa Ni'mal Wakiil, Sebaiknya Dilafalkan Saat Subuh
- pexels
Keutamaan Sayyidul Istighfar untuk dibaca waktu pagi atau sore hari disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari.
Mereka yang mengamalkan Sayyidul Istighfar kemudian wafat beberapa jam kemudian mendapat garansi surga dari Allah SWT.
إذا قال ذلك حين يمسي فمات من ليلته دخل الجنة، أو كان من أهل الجنة، وإذا قال ذلك حين يصبح فمات من يومه...مثله
Artinya:
“Dalam Shahih Bukhari terdapat riwayat dari Syaddad bin Aus RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang membacanya [Sayyidul Istighfar] ketika sore, lalu ia wafat pada malamnya, maka ia masuk surga atau ia tergolong penghuni surga. Siapa yang membacanya ketika pagi, lalu ia wafat pada siangnya, maka nasibnya sama seperti orang yang mengamalkannya pada petang hari,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 63).
Sementara, riwayat hadits pada Shahih Muslim menyebut lafal tasbih sebagai berikut:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Subhānallāhi wa bi hamdih.
Artinya:
“Maha Suci Allah dengan segala pujiNya,”
Sedangkan hadits pada Sunan Abu Dawud menyebut lafal tasbih sebagai berikut:
سُبْحَانَ اللهِ العَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhānallāhil ‘azhīmi wa bi hamdih.
Artinya: “Mahasuci Allah yang maha agung dengan segala puji bagi-Nya.”
Lafal tasbih ini dianjurkan untuk dibaca sebanyak 100 kali karena keutamaan luar biasa.
Siapa saja yang mengamalkannya akan membawa amal terbaik pada hari kiamat kelak sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim di bawah ini:
وروينا في صحيح مسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من قال حين يصبح وحين يمسي سبحان الله وبحمده مائة مرة لم يأت أحد يوم القيامة بأفضل مما جاء به إلا أحد قال مثل ما قال أو زاد عليه
Artinya:
“Diriwayatkan kepada kami di Shahih Muslim dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa saja yang membaca ketika pagi dan ketika sore ‘Subhānallāhi wa bi hamdih,’ sebanyak 100 kali, niscaya pada hari kiamat tidak ada orang yang lebih baik membawa amal daripadanya selain orang yang mengamalkan seperti apa yang diamalkan olehnya atau bahkan melebihi amalnya,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 63).
Load more