Sakit Bukan Sekedar Ujian, Bisakah Jadi Pengampun Dosa? Begini Penjelasan Ulama
- Istimewa/istockphoto.com
Jika tubuh dan akal dapat terpenuhi melalui hal-hal umum yang bisa dinikmati siapa saja, baik orang beriman maupun tidak, seperti makanan dan ilmu pengetahuan, maka ruh hanya dapat terisi melalui amalan ibadah.
Ustaz Adi Hidayat menerangkan bahwa akal menjadi tajam karena mendapatkan asupan berupa ilmu yang dipelajari.
Sementara itu, tubuh tetap bertenaga karena memperoleh makanan fisik yang dapat dikonsumsi oleh semua orang, termasuk mereka yang tidak beriman.
“Tetapi (makanan) ruh ini tidak bisa dicari. Allah akan langsung hidangkan menunya, karena sumbernya langsung dari Allah,” tutur UAH.
Hal ini tertuang pada Al Quran Surat Al Isra ayat 85:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٥
wa yas'alûnaka ‘anir-rûḫ, qulir-rûḫu min amri rabbî wa mâ ûtîtum minal-‘ilmi illâ qalîlâ
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit’,”
“Ruh itu dari Allah, karena itu menunya langsung Allah berikan,” kata UAH.
Sedangkan ruh hanya bisa mendapat gizi dari ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan amalan kebaikan lainnya.
“Itulah menu yang terkumpul dalam ibadah, shalat, baca Qur’an. Itu semua kebutuhan ruh. Kalau nggak shalat, gelisah ruhnya,” tutupnya. (kmr)
Load more