Banjir dan Tanah Longsor di Aceh-Sumatra Renggut Ratusan Nyawa, Amalan Doa Nabi Nuh As untuk Memohon Perlindungan
- ANTARA
tvOnenews.com - Menurut laporan terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal akibat banjir dan longsor di wilayah Sumatra telah mencapai 604 orang per Senin (1/12/2025).
Data tersebut dihimpun oleh Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana (Pusdatin BNPB).
Rinciannya, 283 korban jiwa tercatat di Sumatra Utara, 165 di Sumatra Barat, serta 156 korban di Provinsi Aceh.
Selain itu, bencana ini juga menyebabkan kerusakan parah pada permukiman. Sebanyak 3.500 rumah mengalami rusak berat, 4.100 rusak sedang, dan sekitar 20.500 unit rusak ringan.
BNPB menyebutkan bahwa angka ini kemungkinan besar masih akan bertambah, dan pembaruan data akan dilakukan secara berkala.
Di tengah duka yang menyelimuti saudara-saudara kita di Aceh hingga Sumatra, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan senantiasa mengingat Allah, seraya memohon perlindungan dari berbagai bencana maupun musibah.
Sebab, setiap ujian yang datang selalu mengandung pelajaran yang dapat mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta.
Peristiwa banjir juga mengingatkan kita pada kisah Nabi Nuh AS. Beliau diutus Allah untuk menasihati kaumnya agar tidak hidup dalam kekufuran.
Namun ketika mereka tetap membangkang, Allah menimpakan banjir besar sebagai bentuk azab.
Dalam situasi yang sangat sulit itu, Nabi Nuh AS berdoa memohon keselamatan dan pengampunan.
Doa tersebut menggambarkan ketundukan penuh seorang hamba kepada Allah SWT, memohon pertolongan ketika berada dalam keadaan terjepit.
Dengan mengamalkan doa ini, umat Muslim diharapkan tetap tenang, bersabar, dan percaya bahwa bantuan Allah pasti datang pada saat yang paling tepat.
Doa yang berkaitan dengan peristiwa banjir ini disebutkan dalam surat Hud ayat 43–44. Berikut bacaan lengkapnya.
Doa Nabi Nuh As Saat Terjadi Banjir
قَالَ سَاٰوِيْٓ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاۤءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚوَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ
Qāla sa'āwī ilā jabaliy ya‘ṣimunī minal-mā'(i), qāla lā ‘āṣimal-yauma min amrillāhi illā ma raḥim(a), wa ḥāla bainahumal-mauju fa kāna minal-mugraqīn(a).
Artinya: Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air (bah).” (Nuh) berkata, “Tidak ada penyelamat pada hari ini dari ketetapan Allah kecuali siapa yang dirahmati oleh-Nya.” Gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah dia (anak itu) termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 43)
وَقِيْلَ يٰٓاَرْضُ ابْلَعِيْ مَاۤءَكِ وَيٰسَمَاۤءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَاۤءُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Wa qīla yā arḍubla‘ī mā'aki wa yā samā'u aqli‘ī wa gīḍal-mā'u wa quḍiyal-amru wastawat ‘alal-jūdiyyi wa qīla bu‘dal lil-qaumiẓ-ẓālimīn(a).
Artinya: Difirmankan (oleh Allah), “Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah (mencurahkan hujan).” Air pun disurutkan dan urusan (pembinasaan para pendurhaka) pun diselesaikan dan (kapal itu pun) berlabuh di atas gunung Judiy,) dan dikatakan, “Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.” (QS. Hud: 44)
(kmr)
Load more