Apakah Benar Napas Mengorok saat Sakaratul Maut Jelang Meninggal Dunia Tanda Su'ul Khatimah?
- Freepik
Urusan napas mengorok, kata Buya Yahya, tidak boleh menyimpulkan nasib seseorang akan ditutupi dengan yang buruk. Penilaian itu adalah perbuatan yang tidak boleh terjadi dalam kehidupan.
"Anda tidak perlu berprasangka yang macam-macam. Dalam kematian pokoknya kata Nabi, itu ada sakaratul maut," terangnya.
Ia mengingatkan sakaratul maut adalah kondisi yang begitu menakutkan. Buya Yahya tak membantah setiap orang akan mengalami fenomena seperti itu.
Napas mengorok menunjukkan ciri-ciri jasadnya sulit keluar. Ini sebagai tanda banyak dosa lantaran hidupnya disebut berakhir yang buruk.
Pendapat ini berbeda dengan Buya Yahya. Pengasuh LPD Al-Bahjah itu menyebut orang yang kesusahan dalam sakaratul maut sebagai tanda menghapuskan dosa-dosa kecil di semasa hidupnya.
"Dihabiskan dosa-dosanya dan setelah itu akan masuk surga. Dia diampuni karena merasakan sakit. Makanya jangan suudzon matinya susah," tegasnya.
Buya Yahya kembali mengingatkan tanda su'ul khatimah atau husnul khatimah hanyalah Allah yang Maha Mengetahui nasib hamba-Nya di akhirat. Ia mengimbau umat Muslim tidak boleh prasangka buruk.
"Itu harga mati, sudah. Kalau ada tadi ngorok lha itu manusia. Awas hati-hati, jangan biasa prasangka buruk pada orang meninggal dunia tidak diperkenankan sama sekali," jelasnya.
Lebih lanjut, Buya Yahya mencontohkan ciri-ciri sakaratul maut terlihat tenang. Ia mengatakan setenang-tenangnya, pasti akan merasakan rasa sakit yang dahsyat.
Hanya saja setiap orang memiliki perbedaan dalam menghadapi urusan sakaratul mautnya. Jika yang tenang, maka berakhir dengan damai, apabila kesusahan maka sebagai tanda menghapus dosa-dosanya.
"Mereka tidak melihat apa yang terjadi di saat dia dicabut nyawanya. Bisa jadi mereka semuanya adalah termasuk golongan orang yang di saat dicabut nyawanya diperlihatkan surga sehingga tenang," tukasnya.
(hap)
Load more