Rumah Tangga Goyah karena Campur Tangan Mertua, Ustaz Ingatkan Suami Harus Jadi Pemimpin yang Bijak
- Freepik/@azerbaijan-stockers
tvOnenews.com - Banyak pasangan yang menghadapi ujian berat dalam rumah tangga bukan karena masalah ekonomi atau cinta yang pudar, melainkan karena campur tangan orang tua atau mertua yang terlalu jauh dalam urusan rumah tangga anaknya.
Kondisi seperti ini kerap memunculkan konflik, bahkan berujung pada perceraian.
Begitu juga dengan kasus seorang istri yang curhat karena rumah tangganya hancur akibat orang tua suaminya terlalu ikut campur.
Ia bahkan mendengar kabar bahwa sang mertua sering menjelek-jelekkan dirinya kepada suami dengan tujuan agar suaminya menceraikan sang istri.
Menanggapi hal tersebut, Ustaz Hilman Fauzi memberikan penjelasan dari sisi agama dan tanggung jawab kepemimpinan dalam rumah tangga.
“Laki-laki itu, suami itu pemimpin bagi perempuan,” ujar Ustaz Hilman Fauzi dalam sebuah kajiannya.
"Kalau di rumah tangga ada sesuatu yang menunjukkan persoalan, tentu dua-duanya punya andil. Tapi kalau dirujuk lebih dalam, suaminya yang harus bertanggung jawab karena suami itu imam, dan istri adalah makmum," sambungnya.
Menurut Ustaz Hilman, seorang suami tidak serta-merta langsung menjadi pemimpin yang baik hanya karena statusnya sebagai kepala keluarga.
Kepemimpinan seorang suami perlu dibentuk oleh lingkungan, pasangan, dan keluarganya sejak awal.
“Imam itu dibentuk, bukan diciptakan. Siapa yang membentuknya? Lingkungan, termasuk juga Bunda sebagai pasangan, dan jauh sebelum itu keluarga dari pihak suami,” jelasnya.
Ustaz Hilman juga menyinggung dinamika yang sering terjadi antara menantu perempuan dan ibu mertua.
Menurutnya, konflik semacam ini sangat umum, namun bisa dihindari bila kedua pihak memahami posisi dan perannya masing-masing.
“Biasanya istri itu berselisih dengan ibu dari laki-lakinya. Sampai sering ada kalimat, ‘Kamu pilih siapa, ibumu atau istrimu?’ Nah, ibu jangan pernah merasa kehilangan ketika anak laki-lakinya menikah dengan perempuan lain,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa seorang ibu seharusnya justru mengajarkan anak laki-lakinya untuk mencintai istrinya, bukan malah merendahkan menantu.
“Ibu yang baik akan mengajarkan anak laki-lakinya untuk sayang sama istrinya. Bukan malah merendahkan istrinya. Jangan bilang, ‘Kamu punya istri tuh beda sama Mama, kamu punya istri tuh begini, begini.’ Coba tempatkan hati Bunda di hati menantu. Kalau kita bisa menempatkan perasaan pada orang lain, kita akan lebih peka terhadap hatinya,” pesan Ustaz Hilman.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa orang tua tetap boleh memberikan nasihat dan arahan kepada anaknya yang sudah menikah, namun harus tahu batasan.
“Ngasih nasihat boleh, ngasih arahan boleh, tapi jangan terlalu ikut campur lebih dalam. Bahkan dalam memutuskan sesuatu pun, orang tua perlu belajar untuk melembutkan hati agar rumah tangga anaknya tumbuh dalam kedewasaan dan kebaikan,” ungkapnya.
Selain itu, Ustaz Hilman juga mengingatkan pasangan suami istri agar tidak terlalu sering menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang tua masing-masing.
“Belajar tidak harus semua diceritakan kepada orang tua kita, termasuk kekurangan pasangan kita. Rumah tangga itu harus saling menjaga, saling memahami satu sama lain,” ucapnya.
Ia menambahkan, banyak pasangan yang akhirnya memperbesar masalah karena membiarkan orang tua tahu sisi buruk pasangannya. Padahal, perbedaan sudut pandang bisa memperkeruh suasana.
“Yang anak laki-laki ceritain ke orang tuanya pasti beda pandangannya, begitu juga sebaliknya. Kalau saling menceritakan kekurangan, pasti akan ada salah paham,” jelasnya.
Terakhir, Ustaz Hilman menegaskan bahwa setiap ujian rumah tangga, termasuk ketika ada campur tangan mertua, sebenarnya adalah cara Allah untuk menguatkan hati pasangan suami istri.
“Boleh jadi Allah membuat hatimu sakit dengan kejadian kemarin bukan untuk menghancurkanmu, tapi untuk menguatkanmu. Menikah itu bukan hanya menyatukan dua hati yang saling mencintai, tapi juga menyatukan dua keluarga yang harus saling memahami,” tutup Ustaz Hilman. (adk)
Load more