Teks Khutbah Jumat 21 November 2025 Singkat Padat: Jangan Asal Bicara Tanpa Ilmu
- Pexels/Mohamad Tamer
tvOnenews.com - Khutbah Jumat kali ini mengangkat tema penting yang sangat relevan dengan kondisi umat, yaitu larangan berbicara tentang agama tanpa dasar ilmu.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak persoalan muncul karena seseorang berani berfatwa, berkomentar, bahkan menetapkan hukum tanpa pemahaman yang benar.
Melalui khutbah ini, jamaah diingatkan untuk kembali menjadikan ilmu sebagai landasan ucapan dan perbuatan, serta menjauhi sikap sembrono dalam menyampaikan perkara agama.
Berikut teks khutbah Jumat berjudul Jangan Asal Bicara Tanpa Ilmu, dilansir dari muslim.or.id.
- Unsplash/Rumman Amin
Khutbah Jumat Pertama
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang senantiasa kita puji, kita mohon pertolongan, dan kita minta ampunan. Kepada-Nya pula kita berlindung dari keburukan diri dan amal perbuatan kita. Siapa saja yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak seorang pun dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa pun yang disesatkan-Nya, tak ada satu pun yang mampu memberinya hidayah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga salawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, serta para sahabat yang bertakwa dan setia.
Wahai kaum muslimin, aku berwasiat kepada diriku sendiri dan kepada seluruh jamaah untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sebab, hanya orang-orang bertakwa lah yang meraih kemenangan sejati.
Himbauan Menjaga Ketakwaan dan Kejujuran
Jamaah sekalian, khatib mengingatkan agar kita selalu memperbaiki kualitas iman dan ketakwaan, serta mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita dianjurkan memperindah lisan dengan kejujuran dan menghiasi amalan dengan keikhlasan.
Allah telah memberi kita nikmat besar berupa agama yang lurus, agama Nabi Ibrahim, yang dijanjikan-Nya akan tetap tegak di atas seluruh agama lainnya. Allah menguatkan janji-Nya melalui firman-Nya:
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ࣖ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik membencinya.” (QS. As-Saf: 9)
Dan Allah pula yang menjamin penjagaan terhadap Al-Qur’an:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Peran Ulama dalam Menjaga Ilmu
Al-Qur’an adalah petunjuk sepanjang zaman, dan Allah telah menyiapkan penjaga-penjaga syariat, yakni para ulama. Mereka menjaga ajaran Nabi dari penyimpangan, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
يَحْمِلُ هَذَا اْلعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ، يُنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِّيْنَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ.
“Ilmu (agama) ini akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, takwil orang-orang jahil, dan pemalsuan orang-orang batil.” (HR. Ahmad dalam Tarikh Dimasyq, 7: 39)
Karena itu, Allah memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang ahli ilmu apabila tidak mengetahui:
فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Sebaliknya, kita diperingatkan dari mengikuti mereka yang hanya pandai berkata-kata namun tidak berilmu, yang berani berfatwa tanpa dasar dan membuat manusia tersesat.
Fenomena Hilangnya Ilmu dan Munculnya Kebodohan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa salah satu tanda hari kiamat adalah berkurangnya ilmu dan merebaknya kebodohan:
إنَّ مِن أشْرَاطِ السَّاعَةِ أنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، ويَكْثُرَ الجَهْلُ
“Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan banyaknya kebodohan.” (HR. Bukhari no. 5231 dan Muslim no. 2671)
Dan dalam hadis lain, dijelaskan bahwa ilmu dicabut melalui wafatnya para ulama. Ketika tidak ada ulama, manusia justru mengangkat orang-orang jahil sebagai rujukan, hingga mereka berfatwa tanpa ilmu, menyesatkan diri mereka dan orang lain.
Berbicara Atas Nama Allah Tanpa Ilmu: Sebuah Dosa Besar
Jamaah yang dimuliakan Allah, berbicara tanpa ilmu—apalagi atas nama Allah—merupakan dosa besar yang menghancurkan pelakunya. Allah berfirman:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوْا عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَۗ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘Ini halal dan ini haram’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya, orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah itu tidak akan beruntung.” (QS. An-Nahl: 116)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memperingatkan:
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4)
Demikian pula Allah menyandingkan larangan berbicara tanpa ilmu dengan larangan syirik:
قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)
Larangan Mengolok-olok Agama
Termasuk berbicara tanpa ilmu adalah mempermainkan agama, mengejek ayat-ayat Allah, atau merendahkan syariat. Perbuatan ini sangat berbahaya dan mendapat ancaman keras dalam Al-Qur’an.
Karena itu, seorang mukmin hendaknya menjauhi majelis-majelis yang memperolok-olok agama:
وَاِذَا رَاَيْتَ الَّذِيْنَ يَخُوْضُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِنَا فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖۗ وَاِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرٰى مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
“Apabila Engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan Engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim.” (QS. Al-An’am: 68)
Penutup Khutbah Pertama
Marilah kita berdoa agar Allah menjauhkan kita dari kebiasaan berbicara tanpa ilmu, serta menuntun lisan dan hati kita agar tetap berada di atas kebenaran.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Jumat Kedua
Segala puji bagi Allah, dan salawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Wahai kaum muslimin, aku kembali berwasiat agar kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk memperbanyak salawat kepada Nabi-Nya:
Setelah itu khatib memanjatkan doa-doa kebaikan bagi kaum muslimin, memohon perlindungan dari berbagai musibah, serta meminta keselamatan dunia dan akhirat:
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang berhati-hati dalam berucap serta selalu berpegang pada ilmu yang benar. (gwn)
Load more