Masya Allah! Ternyata Kisah 'Wak Haji' Ragnar Oratmangoen Jadi Mualaf Cuma Gegara Hal ini
- Instagram/@0ratmangoen
tvOnenews.com - Ternyata Ragnar Oratmangoen menyimpan kisah unik sebelum dirinya memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Simak kisah Wak Haji Ragnar sebelum menjadi mualaf berikut ini.
Tidak hanya soal ketajamannya di lapangan hijau, tetapi juga perjalanan spiritual yang mengubah jalan hidup Ragnar akan di ulas pada artikel ini.
Lahir dan besar di Oss, Belanda, Ragnar awalnya menganut agama Kristen. Namun, ketika beranjak remaja, ia mulai tertarik pada Islam karena pergaulan dengan teman-temannya yang banyak beragama Muslim, terutama dari komunitas keturunan Maroko.
Ajakan sederhana untuk ikut ke masjid membuat Ragnar merasakan ketenangan yang selama ini ia cari. Saat usianya menginjak 15 tahun, Ragnar akhirnya mantap mengucapkan syahadat dan resmi menjadi mualaf.
Perubahan keyakinan itu bukan hanya langkah besar dalam hidupnya, tetapi juga menjadi titik awal perjalanan iman yang hingga kini dijalani dengan penuh keyakinan.
“Saya tidak lahir sebagai Muslim. Saya dibesarkan sebagai seorang Kristen. Tapi setelah tumbuh dewasa, saya menemukan jalan ke Islam,” ujar Ragnar, dikutip dari Media Day Timnas Indonesia.
Awal Ketertarikan pada Islam
Ragnar mengakui bahwa awal mula dirinya mendekat pada Islam berasal dari interaksi sehari-hari. Ia sering diajak teman ke masjid, hingga akhirnya berdiskusi soal ketuhanan. Dari momen itulah, ia mulai merasakan bahwa Islam memberi arah dalam hidupnya.
“Teman-teman saya ketika itu membawa saya ke masjid. Mereka mengajari saya tentang Tuhan dan agama, dan bagaimana agama bisa membantu kehidupan Anda. Itu menyentuh hati saya dan membuat saya memutuskan untuk menjadi seorang Muslim,” ungkapnya.
"Saya pertama kali mendengarnya [adzan] saat di tempat latihan. Saya mendengar azan saat latihan dan menurut saya itu indah sekali. Saya senang bisa mendengar azan dan merasakan suasana ini," tambah Wak Haji.
Bagi Ragnar, pengalaman spiritual ini semakin lengkap ketika ia mendengar adzan untuk pertama kalinya. Ia menggambarkan suara azan begitu indah dan menyentuh batinnya. Sejak resmi menjadi mualaf, Ragnar tak pernah absen menjalani ibadah puasa Ramadhan.
“Sejak usia 15 tahun, saya sudah menjalankan Ramadan. Jadi sekarang sudah lebih dari 10 tahun saya melaksanakannya,” kata pemain berusia 26 tahun ini.
Menunaikan Umrah dan Identitas Baru
Sebagai bukti keseriusannya, Ragnar telah menunaikan ibadah umrah pada September 2024. Langkah ini memperkuat hubungannya dengan Islam sekaligus menunjukkan bagaimana keyakinan menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Tidak heran jika rekan-rekan setim di Timnas Indonesia menjulukinya “Wak Haji”. Identitas barunya sebagai seorang Muslim kini semakin lekat, terlebih setelah ia resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada Maret 2024.
Karier Sepak Bola dan Timnas Indonesia
Di luar kisah spiritualnya, Ragnar juga sedang berada dalam salah satu fase terbaik dalam kariernya. Setelah berkarier di Belanda bersama NEC Nijmegen, SC Cambuur, Go Ahead Eagles, FC Groningen, hingga Fortuna Sittard, pada Agustus 2024 ia hijrah ke klub Belgia FCV Dender EH. Perpindahan itu sekaligus menjadi awal petualangan barunya di luar Belanda.
Sejak resmi menjadi WNI, Ragnar langsung menjadi bagian penting Timnas Indonesia. Ia sudah mencatat 10 caps dengan torehan dua gol untuk Garuda.
Salah satu gol pentingnya tercipta saat Indonesia menghadapi Vietnam di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Kiprahnya semakin dinanti publik, terutama ketika skuad asuhan Shin Tae-yong berjuang lolos ke putaran berikutnya. Dengan kecepatan dan visi bermainnya, Ragnar diyakini bisa menjadi senjata utama Timnas.
Menurut data Transfermarkt, Ragnar memiliki nilai pasar sekitar 600 ribu euro atau Rp 11,5 miliar. Meski nilai tersebut tidak selalu mencerminkan gaji sebenarnya, angka itu menunjukkan posisinya sebagai pemain berpengalaman di level Eropa.
Saat masih di Fortuna Sittard, Ragnar dikabarkan menerima sekitar 60 ribu euro per musim (Rp 1,15 miliar).
Nilai kontraknya di FCV Dender EH memang belum diketahui, tetapi fokus utamanya kini tampaknya bukan lagi soal finansial, melainkan kontribusinya untuk Timnas Indonesia.
Kisah Ragnar Oratmangoen adalah gambaran nyata bahwa perjalanan hidup seorang atlet bisa penuh kejutan. Dari seorang remaja yang tumbuh di lingkungan Kristen di Belanda, ia menemukan Islam lewat ajakan teman ke masjid.
Kini, sebagai seorang Muslim sekaligus WNI, Ragnar bukan hanya membawa nama Indonesia di panggung sepak bola, tetapi juga menjadi contoh tentang keberanian dalam memilih jalan hidup.
Perjalanan imannya yang penuh ketulusan berpadu dengan kiprahnya di lapangan hijau, menjadikannya salah satu sosok paling inspiratif di Timnas Indonesia jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026. (udn)
Load more