Bulan Ramadhan biasanya dibagi dalam tiga fase, yaitu sepuluh hari pertama, sepuluh hari kedua, dan sepuluh hari terakhir. Setiap fase tentu memiliki keutamaannya masing-masing. Namun, keutamaan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dianggap sangat istimewa karena terdapat satu malam yang lebih baik dari malam seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.
Dalam hadits disebutkan,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Yang dimaksud dengan beliau mengencangkan sarungnya adalah meninggalkan istri-istri beliau karena ingin konsentrasi untuk ibadah di akhir-akhir Ramadhan. (Lihat Nuzhatul Muttaqin, hal. 68).
Hadits ini menunjukkan keutamaan semangat beribadah di 10 hari terakhir Ramadhan Nabi Muhammad SAW. Beliau, sebagai manusia yang taat gigih dan giat meraih ridho Allah SWT dengan bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu-waktu penuh keutamaan dengan meningkatkan kualitas ketaatan, beribadah, bertaqarrub, beritikaf, dan mengajak istrinya untuk beribadah.
Selain itu, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata, “ini adalah dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghidupkan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan seluruhnya. Untuk malam-malam lainnya tidak beliau praktekkan seperti itu. Untuk sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan ini, beliau menghidupkannya hingga Shubuh. Tujuannya adalah untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Lailatul qadar terdapat pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. Lebih-lebih lagi pada tujuh hari yang terakhir. Pada malam Lailatul Qadar ditetapkan takdir untuk setahun. Pada malam tersebut pula disebut lebih baik daripada 1000 bulan. Dan siapa yang menghidupkan malam tersebut kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat malam atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Syarh Riyadhus Sholihin, 2: 75).
Kesungguhan Nabi Muhammad SAW beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan beribadah di waktu selainnya. Hadist di atas pun menunjukkan keistiqomahan beliau dalam beribadah sepanjang Ramadhan.
Sesungguhnya, semua hari di bulan Ramadhan merupakan hari yang sangat istimewa dan umat muslim dianjurkan untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya. Namun, ada banyak keutamaan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga Rasulullah pun mengencangkan ibadahnya.
Kesungguhan beliau ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, sepuluh hari terakhir merupakan penutup bulan Ramadhan yang penuh berkah. Setiap amalan manusia dinilai dari amalan penutupnya.
Kedua, sepuluh malam terakhir adalah malam-malam yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Ketiga, kerinduan akan keindahan Lailatul Qadar.
Keempat, beliau mencontohkan kepada umatnya agar tidak terlena dalam kesibukan mempersiapkan kebutuhan hari raya sehingga melupakan keutamaan beribadah di sepuluh hari terakhir.
Berikut merupakan beberapa contoh amalan utama sepuluh malam terakhir Ramadhan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti dikutip dari nu online.
Memperpanjang sholat malam
Pada sepuluh malam terakhir, Nabi Muhammad SAW tidak tidur, dan posisi beliau dan para sahabat amat jauh dari tempat tidur. Beliau menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah, shalat, zikir, dan ibadah lainnya hingga waktu fajar tiba.
Kebiasaan beribadah pada sepuluh malam terakhir tersebut ditularkan kepada seluruh anggota keluarga beliau untuk sama-sama menikmati kenikmatan dan kesyahduan beribadah sepanjang malam. Seperti dituturkan oleh Aisyah RA pada hadist yang sudah dibaha sebelumnya.
Memperbanyak sedekah
Meningkatkan sedekah menjadi salah satu amalan utama di sepuluh hari terakhir sebagai ungkapan rasa syukur dipertemukan dengan Ramadhan, serta menyempurnakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya.
Tidaklah sempurna keimanan dan kualitas ibadah seseorang kecuali jika adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Sebagaimana firman Allah SWT,
تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Qs. As-Sajdah: 16).
Sedekah di sepuluh hari terakhir ramadhan tidak hanya diterjemahkan dengan sedekah wajib zakat fitrah dan zakat mal, tetapi juga dianjurkan memperbanyak sedekah lainnya dalam rangka berbagi kebahagiaan. Selain itu juga memberikan bekal makanan di hari raya Idul Fitri bagi dhuafa. Bersedekah dapat berbentuk harta, pangan, pakaian, paket sedekah, dan bentuk sedekah lainnya.
Tilawah Al-quran
Meningkatkan membaca Al-quran menjadi salah satu ibadah yang paling diutamakan di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Tidak sedikit umat Islam yang larut dalam tilawah Al-quran sepanjang malam, baik di masjid maupun di rumah.
Tilawah Al-quran adalah ibadah ringan dan memiliki keutamaan yang besar. Tradisi mengejar khatam Al-quran di akhir Ramadhan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi muslim, khususnya bagi mereka yang setiap hari bergulat dengan pekerjaan. Apapun motivasinya, ada baiknya tilawah Al-quran harus lebih digiatkan lagi di sepuluh hari terakhir.
Itulah beberapa amalan penting yang dapat dilakukan untuk meraih keutamaan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.(awy)
Load more