IRI Indonesia Gandeng PP Muhammadiyah Sosialisasikan Panduan Agama dan Buku Rumah Ibadah untuk Lindungi Hutan Tropis
- Ammar Ramzi
tvOnenews.com, Jakarta – Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia bersama Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Peluncuran dan Lokakarya Panduan Ajaran Agama serta Buku Rumah Ibadah di Aula Lantai 6 Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (22/7/2025).
Kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta secara luring dan daring, terdiri dari pengurus pusat, wilayah, hingga daerah Muhammadiyah.
Acara bertujuan memperkuat keterlibatan institusi keagamaan dalam perlindungan hutan tropis dan pembelaan hak masyarakat adat.
Dalam sambutan pembuka hadir Dr. Ir. Gatot Supangkat, MP., IPM selaku anggota Dewan Penasihat IRI Indonesia Muhammadiyah, Dr. Hayu Prabowo selaku Fasilitator Nasional IRI Indonesia, dan Ketua MLH PP Muhammadiyah, M. Azrul Tanjung, S.E., M.Si. Ketiganya menekankan peran penting rumah ibadah sebagai pusat edukasi dan transformasi sosial.
- Ammar Ramzi
Dr. Hayu Prabowo menggarisbawahi pentingnya dorongan moral dari institusi agama dalam mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan.
“Sains memberi kita data dan teknologi, tapi untuk menggerakkan masyarakat, kita butuh kekuatan nilai-nilai agama,” ujarnya.
Hayu juga menyebutkan bahwa lebih dari 95 persen bencana yang terjadi di Indonesia berkaitan langsung dengan krisis iklim yang diperparah oleh deforestasi. Menurutnya, gerakan lintas agama diharapkan bisa melahirkan kebijakan yang berbasis sains dan nilai spiritual demi keberlangsungan hidup.
Lokakarya ini juga menjadi ajang pengenalan perangkat panduan religius yang dapat digunakan para pemimpin majelis agama untuk mendorong perlindungan hutan dan hak masyarakat adat.
“Panduan ajaran agama ini bukan sekadar dokumen. Ini adalah seruan spiritual bagi seluruh umat beriman untuk mengambil peran aktif dalam menjaga ciptaan Tuhan yang kini kian terancam,” ujar Dr. Ir. Gatot Supangkat.
Senada, Ketua MLH PP Muhammadiyah, M. Azrul Tanjung menegaskan pentingnya keterlibatan aktif rumah ibadah sebagai pusat edukasi dan gerakan perlindungan hutan yang berlandaskan nilai spiritual dan kemanusiaan.
Sesi utama menghadirkan dialog strategis yang dipandu oleh moderator Djihadul Mubarok, S.E., M.H. Dalam kesempatan itu, Dr. Agus Djamil memaparkan isi Panduan Ajaran Agama, sementara Dr. Ir. Mulyanto Darmawan, M.Sc menjelaskan keterkaitan hutan tropis dengan krisis iklim global.
Dr. Agus Djamil menyebut bahwa panduan tersebut dirancang untuk membantu para pemuka agama memahami posisi ajaran keimanan terhadap alam.
“Rumah ibadah bisa menjadi pusat perubahan, dari tempat khotbah menjadi ruang advokasi ekologis,” tuturnya.
Sementara itu, Dr. Ir. Mulyanto Darmawan, M.Sc menegaskan bahwa kerusakan hutan tropis tidak bisa dilepaskan dari krisis iklim yang terjadi secara global.
“Krisis iklim bukan sekadar isu lingkungan, ini adalah krisis moral dan spiritual,” katanya.
Usai sesi tanya jawab dan istirahat siang, peserta dibagi dalam tiga kelompok kerja tematik, yakni penyusunan silabus dan modul pelatihan, strategi jaringan, serta aktivasi rumah ibadah.
Fasilitator mendampingi setiap kelompok untuk merumuskan langkah konkret dalam mengimplementasikan panduan tersebut di jaringan majelis agama dan komunitas keagamaan di seluruh Indonesia.
Diskusi dilanjutkan dalam sesi pleno dan lokakarya yang dipandu oleh Toto Tohari, S.Th.I., M.Ag. Hasil diskusi berupa peta jalan integrasi panduan ke dalam khutbah, pendidikan, serta program komunitas. Komitmen peserta untuk mengawal proses penjangkauan dan distribusi materi juga ditegaskan.
Peserta menyambut baik inisiatif tersebut sebagai langkah strategis dalam menempatkan institusi keagamaan di garis depan perjuangan ekologi.
Pendekatan lintas iman dan kekuatan moral dinilai mampu menjadikan para pemuka agama sebagai agen perubahan untuk melindungi hutan tropis dan membela hak masyarakat adat.
Kegiatan ditutup dengan penyusunan rencana aksi bersama dan peta jalan integrasi panduan ke dalam praktik keagamaan sehari-hari, termasuk khutbah, kurikulum pendidikan, dan program komunitas.
IRI Indonesia menyatakan akan terus mendampingi pelaksanaan dan pelacakan dampak dari program ini melalui saluran komunikasi yang telah disepakati.
Panduan ini menjadi bagian dari gerakan lintas agama IRI Indonesia yang menekankan bahwa penyelamatan hutan bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga persoalan moral dan spiritual.
Dengan lebih dari 10 juta hektare hutan primer hilang dalam dua dekade terakhir, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengatasi deforestasi dan lemahnya perlindungan wilayah adat.
Melalui pendekatan berbasis sains dan pesan keagamaan, kegiatan ini diharapkan menjadi momentum penting dalam menggerakkan kekuatan moral komunitas agama untuk menjaga kelestarian hutan tropis dan memperjuangkan keadilan ekologis
Load more