Materi Khutbah Jumat 30 Mei 2025: Waspada! Kurban Bisa Jadi Ibadah Sumber Dosa jika Niat Sudah Keliru
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Esensi niat ibadah kurban akan menjadi dosa sebagai pembahasan menarik teks khutbah Jumat dalam sesi ceramah shalat Jumat, 30 Mei 2025.
Melalui materi khutbah Jumat ini, khatib mengingatkan jemaah shalat Jumat, sekaligus umat Muslim agar tidak mengubah keutamaan kurban menjadi dosa.
Dosa atas dari kurban karena sudah mempunyai niat yang salah dan keliru, sehingga ibadah di tengah perayaan Hari Raya Idul Adha hanya sia-sia.
Oleh karena itu, tvOnenews.com akan membagikan tema dari materi khutbah Jumat ini menggunakan judul "Waspada! Kurban Bisa Jadi Ibadah Sumber Dosa jika Niat Sudah Keliru".
Teks Khutbah Jumat Singkat Tema Waspada! Kurban Bisa Jadi Ibadah Sumber Dosa jika Niat Sudah Keliru
- ANTARA/Yulius Satria Wijaya
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَعَزَّنَا بِهِ قُوَّةً وَإِيْمَانًا، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا فَجَعَلَنَا أَحِبَّةً وَإِخْوَانًا، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى وَرَحْمَةً وَتِبْيَانًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، هَدَى اللهُ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ، وَعَلَّمَ بِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ، وَأَعَزَّ بِهِ بَعْدَ الذِّلَّةِ، وَكَثَّرَ بِهِ بَعْدَ القِلَّةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ كَانُوا لَهُ عَلَى الْحَقِّ إِخْوَانًا وَأَعْوَانًا؛ أَمَّا بَعْدُ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Puji dan syukur, marilah senantiasa kita panjatkan atas hadirat Allah SWT, Dzat Yang Maha Mengetahui isi hati dan niat hamba-Nya.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan umat dalam setiap sisi kehidupan, termasuk dalam hal keikhlasan beribadah.
Jemaah Jumat yang dikaruniai Allah Subhanahu wa ta'ala,
Marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan jangan sekali-kali kita meninggal kecuali dalam keadaan Islam.
Dalam pembahasan ini, khatib akan menjelaskan pentingnya Niat dalam setiap amal. Sebagaimana dari salah satu hadis riwayat, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Islam, niat ibadah adalah ruh yang menghidupkan setiap amal. Tanpa niat yang benar, amal sebesar apapun bisa hancur tanpa bekas.
Termasuk ibadah kurban, yang akan segera kita jalani dalam bulan Dzulhijjah ini, sangat bergantung pada niat pelakunya.
Saudaraku yang berbahagia,
Kurban sebagai ibadah agung. Dalam dalil Al-Quran melalui redaksi Surat Al-Kautsar Ayat 2, Allah SWT berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)
Ibadah kurban adalah bentuk ketundukan total kepada Allah SWT, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Ibrahim AS yang rela menyembelih putranya demi perintah Allah.
Melalui ibadah ini, kita mempersembahkan yang terbaik bukan untuk manusia, tapi untuk Sang Pencipta.
Dalam hadis riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban." (HR. Tirmidzi).
Jemaah sekalian, khatib senantiasa mengingatkan bahayanya salah niat dalam berkurban.
Namun, betapa banyak orang yang terjerumus dalam kesalahan niat saat berkurban. Sebagian berniat untuk pamer kurban, menunjukkan hewan termahal yang disembelih, atau sekadar menjaga gengsi sosial.
Ini adalah bentuk dari riyaa, yaitu memperlihatkan amal agar dipuji orang lain. Padahal Rasulullah SAW mengingatkan melalui hadisnya, beliau bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riyaa’." (HR. Ahmad)
Riyaa dalam kurban bisa menyebabkan amal yang besar menjadi sia-sia. Bahkan, bisa menjadi dosa jika niatnya tercampur dengan kesombongan dan tidak ikhlas karena Allah.
Kaum muslimin rahimahumullah
Di era digital ini, tidak sedikit yang memanfaatkan momen kurban sebagai ajang konten viral. Video penyembelihan diunggah dengan detail harga dan jenis hewan kurban yang mewah.
Lalu, muncul pujian dan komentar dari publik. Hati-hati! Jika hal itu dilakukan demi eksistensi, bukan dakwah, maka niatnya patut dipertanyakan.
Kita perlu membedakan antara berbagi inspirasi kebaikan dan mencari perhatian manusia. Melalui Surat Al-Bayyinah Ayat 5, Allah hanya menerima amal yang ikhla, Dia berfirman:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas..." (QS. Al-Bayyinah, 98:5)
Maka dari itu sebelum menyembelih kurban, mari kita bermuhasabah, Apakah kurban ini saya lakukan demi Allah atau demi dilihat orang lain?
Kemudian, marilah meniatkan kurban sebagai bentuk syukur atas rezeki, untuk mengharap ridha Allah, dan sebagai pengorbanan simbolik atas hawa nafsu.
Jika ingin membagikan prosesnya, pastikan untuk edukasi dan syiar, bukan pamer.
Jemaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Demikian sesi khutbah pertama hari ini. Jangan sampai amal sebesar ibadah kurban justru menjadi sumber dosa. Jangan sampai hewan yang kita sembelih, justru menyembelih pahala karena salah niat.
Mari kita menjaga hati, luruskan tujuan, dan jadikan kurban ini sebagai ibadah yang suci, bukan konten pribadi.
لِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
(hap)
Sumber referensi: Quran Kementerian Agama (Kemenag) RI, NU Online, kitab Al-Fawaid karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Load more