Tepung Habis, Toko Roti yang Didukung WFP di Jalur Gaza Tak Lagi Bisa Berproduksi Akibat Blokade Israel
- ANTARA
Gaza, Palestina, tvOnenews.com - Blokade ketat yang diberlakukan oleh Israel telah memaksa sejumlah toko roti yang didukung oleh Program Pangan Dunia (WFP) menghentikan aktivitas produksinya pada Minggu (25/5/2025) karena kehabisan pasokan tepung, sehingga kelangkaan roti kembali terjadi di wilayah selatan Gaza.
Sebelumnya, toko-toko roti ini sempat ditutup selama hampir dua bulan sebelum akhirnya dibuka kembali pada Kamis pekan lalu untuk melayani kebutuhan pangan warga Gaza selatan.
Namun, pasokan tepung yang terbatas dan diizinkan masuk dengan susah payah langsung habis, sementara penutupan perbatasan oleh Israel terus berlanjut di tengah serangan yang dinilai sebagai tindakan genosida.
Ahmad Al-Banna, pemilik salah satu toko roti di Gaza selatan, mengatakan kepada Anadolu bahwa tokonya tutup selama dua bulan sebelum dapat kembali beroperasi.
“Kami hanya bisa beroperasi selama tiga hari setelah menerima kiriman tepung dari WFP. Kini kami kembali tutup -- stok sudah benar-benar habis,” kata Ahmad Al-Banna.
Al-Banna menjelaskan bahwa seluruh roti yang diproduksi dalam tiga hari diserahkan ke WFP untuk didistribusikan kepada masyarakat, namun jumlahnya jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.
Ia memperingatkan bahwa Gaza kini menghadapi kondisi “kelaparan nyata,” dengan warga mulai meninggal akibat kekurangan makanan. Bantuan yang tersedia sangat terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan dasar penduduk.
Al-Banna menyerukan kepada komunitas internasional untuk “segera bertindak dan menekan Israel agar membuka perbatasan dan mengizinkan pengiriman makanan serta tepung secara mendesak demi menyelamatkan ratusan ribu keluarga dari ancaman kelaparan.”
Sebelumnya, pada 6 April, WFP menghentikan operasional di 25 toko roti mitra mereka di Gaza karena kekurangan bahan bakar dan tepung, akibat pembatasan keras dari Israel yang menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan.
Dalam pernyataan selanjutnya, badan tersebut menyebut bahwa pada 25 April, stok makanan di dapur umum telah sepenuhnya habis, yang memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Toko-toko roti ini sebelumnya menjadi sumber utama pangan bagi warga Palestina yang terusir. Bank Dunia mencatat bahwa konflik yang sedang berlangsung telah menjerumuskan mereka ke dalam kondisi kemiskinan ekstrem.
Selama 84 hari blokade total, Kantor Media Pemerintah di Gaza memperkirakan seharusnya setidaknya 46.200 truk bantuan telah memasuki wilayah tersebut.
Namun kenyataannya, hanya sekitar 100 truk atau kurang dari satu persen yang berhasil masuk — jauh dari klaim Israel yang menyatakan telah membuka jalur bantuan kemanusiaan.
Menurut kantor media tersebut, Gaza membutuhkan sekitar 500 truk bantuan harian berisi makanan, obat-obatan, dan pasokan darurat, serta 50 truk bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk.
Sejak 2 Maret, Israel menutup semua jalur pengiriman bantuan makanan, medis, dan kemanusiaan, memperburuk kondisi yang sudah sangat kritis dan berdampak langsung pada 2,4 juta warga Gaza.
Blokade ini telah menyebabkan meluasnya kelaparan, dengan laporan kematian karena kekurangan pangan terus meningkat.
Meski masyarakat internasional terus menyerukan gencatan senjata, Israel tetap melanjutkan serangan intensif sejak Oktober 2023. Lebih dari 53.900 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel saat ini juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perlakuannya terhadap warga sipil tak bersenjata di wilayah tersebut. (ant/kmr)
Load more