Naskah Khutbah Idul Adha 2025: Makna Kurban Terkoyak oleh Perbuatan Maksiat Jadi Peringatan di Hari Raya
- Freepik
tvOnenews.com - Perbuatan maksiat dapat menyebabkan esensi kurban menghilang pada Hari Raya Idul Adha 1446 H. Maka, pentingnya peringatan ini menjadi pembahasan naskah khutbah Idul Adha 2025.
Dalam naskah khutbah Idul Adha, esensi kurban akan menjadi topik pembahasan utama apabila digempur oleh perbuatan maksiat pada Hari Raya Idul Adha.
Sebab, Hari Raya Idul Adha 2025 sebentar lagi akan berlangsung pada Jumat, 6 Juni 2025 apabila merujuk pada SKB 3 Menteri dan ketetapan kalender Hijriah dari Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Judul naskah khutbah Idul Adha untuk kebutuhan materi tentang kurban waktu kultum dalam pelaksanaan shalat Id ini bertajuk "Makna Kurban Terkoyak oleh Perbuatan Maksiat Jadi Peringatan di Hari Raya".
Naskah Khutbah Idul Adha Tema Makna Kurban Terkoyak oleh Perbuatan Maksiat Jadi Peringatan di Hari Raya
- Antara
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar (9x) walillahillhamd.
Jemaah sekalian yang dilimpahkan rezeki oleh Allah
Pertama-tama, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kita masih mendapat kesempatan merasakan hari yang agung setelah Hari Raya Idul Fitri selesai, yakni Hari Raya Idul Adha.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri teladan terbaik dalam hal pengorbanan, keikhlasan, dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Jemaah shalat Id yang dimuliakan Allah,
Khatib kembali mengingatkan bahwa, momentum terbaik Hari Raya Idul Adha tidak serta merta menjelaskan tentang menyembelih hewan kurban belaka, namun memberikan esensi sebagai peringatan agung mengetahui keteladanan dilakukan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Keteladanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail menjadi esensi kurban yang wajib dijaga karena keduanya memberikan makna besar apa itu ketaatan tanpa syarat kepada perintah Allah.
Jika kita menyimpulkan dari kisah tersebut, inti dari makna kurban adalah ketaatan, keikhlasan, serta pengorbanan.
Allah SWT berfirman dalam Kitab Suci Al-Quran melalui Surat Al-Hajj Ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu." (QS. Al-Hajj, 22:37).
Khatib menumpahkan tafsir dari ayat 37 ini bahwa, Allah SWT menunjukkan ibadah kurban sebagai pembuktian hamba-Nya agar bisa bertakwa dengan menyertai ibadah tersebut.
Namun, betapa ironisnya, banyak di antara kita yang menyambut Idul Adha dengan euforia duniawi yang melampaui batas.
Tak hanya itu, tak sedikit dari kita bahkan mencemari kesuciannya dengan berbagai bentuk maksiat dan kesia-siaan. Sebagian umat yang mengotori kemuliaan Hari Raya Idul Adha, di antaranya:
1. Berpakaian seronok atau berlebihan saat berlebaran.
2. Memamerkan hewan kurban di media sosial demi riya dan pujian.
3. Sibuk berpesta hingga lalai dari shalat dan dzikir.
Semua ini bukan sekadar kesalahan sepele, namun sangat merusak esensi dari ibadah kurban itu sendiri.
Dalam sebuah hadis riwayat pernah diingatkan agar umat Islam jangan tergila-gila dengan pujian, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang berkurban karena ingin dipuji manusia, maka tidak ada baginya pahala dari Allah." (HR. Ahmad, no. 17397).
Idul Adha sejatinya adalah hari suci yang harus dihiasi dengan amal shalih, bukan dengan kelalaian atau kemewahan semu.
Ketika maksiat dilakukan pada hari yang mulia, apalagi saat Hari Raya Idul Adha, maka sangat rentan mengundang kemurkaan Allah SWT pun semakin besar.
Khatib mengingatkan jangan sampai hari yang seharusnya membawa berkah, justru menjadi sebab turunnya musibah dan bencana, baik secara pribadi maupun sosial.
Umat Islam yang hidup di zaman dahulu telah mendapat banyak pengalaman besar tentang kejatuhan moral akibat meninggalkan ketaatan, meskipun tampak secara lahir mereka beribadah.
Hal ini menjadi pelajaran penting agar kita tidak hanya mengandalkan simbol keagamaan, tapi juga menghidupkan ruh keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
Hadirin shalat Id rahimakumullah,
Demikianlah khutbah Idul Adha pertama yang begitu singkat tetapi bermanfaat untuk kita semua pada kesempatan hari ini. Mari menjadikan hari raya yang mulia ini sebagai momen muhasabah dan perbaikan diri.
Kewajiban kita mulai hari ini, marilah membiasakan diri untuk istighfar, sedekah, silaturahmi, dan dzikir. Setidaknya menggantikan maksiat dengan amal, sekaligus menjadikan rumah-rumah kita sebagai tempat kebaikan, bukan ajang kesia-siaan.
Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita, termasuk kurban yang kita tunaikan dan bagi yang belum segera dipermudah oleh-Nya. Dan semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-Nya yang kembali kepada fitrah dengan penuh keikhlasan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
(hap)
Sumber Referensi: Kitab Lata'if al-Ma'arif fi ma li Mawasim al-'Am min al-Waza'if karya Ibnu Rajab al-Hanbali, Quran Kementerian Agama RI, NU Online, Kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, YouTube Syafiq Riza Basalamah Official.
Load more