Naskah Khutbah Idul Adha 2025: Kurban sebagai Ibadah Wujudkan Simbol Ketakwaan dan Kepedulian Sosial
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Ibadah kurban sebagai bukti kecintaan umat Islam menanamkan ketakwaan dan kepeduliaan sosial akan menjadi materi pembahasan paling menarik dalam naskah khutbah Idul Adha.
Materi naskah khutbah Idul Adha ini menjadi tema utama yang akan dibahas. Hal ini mengingat umat Islam tengah dipersiapkan menyambut Hari Raya Idul Adha 2025.
Apabila mengacu pada ketetapan kalender Hijriah 2025 dari Kementeri Agama (Kemenag), Hari Raya Idul Adha 2025 akan berlangsung pada 10 Dzulhijjah 1446 H.
Lantas, kapan tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H? Dalam kalender Hijriah jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025.
Hal ini berdasarkan hasil sidang isbat penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yang merujuk pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004.
Meski demikian, pemerintah melalui Kemenag RI akan melakukan sidang isbat pada akhir Mei 2025 untuk mengetahui penetapan resmi kapan awal Dzulhijjah 1446 H.
Maka dari itu, tvOnenews.com ingin membagikan bahan bagi khatib yang ditugaskan mengisi waktu kultum dalam sesi pelaksanaan shalat Id dengan tajuk "Kurban sebagai Ibadah Wujudkan Simbol Ketakwaan dan Kepedulian Sosial".
Naskah Khutbah Idul Adha Tema Kurban sebagai Ibadah Wujudkan Simbol Ketakwaan dan Kepedulian Sosial
- iStockPhoto
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin shalat Id yang dimuliakan Allah
Allahu Akbar, Allahu Akbar (9x) walillaahil-hamd.
Marilah kita memuji dan mengucap syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga kita masih dipertemukan kembali bisa merasakan kenikmatan hari yang agung dan penuh berkah hari ini.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Beliau menjadi suri teladan utama bagi kita untuk selalu menjaga ketaatan kepada Allah SWT.
Jemaah sekalian yang hadir dan dianugerahi Allah
Pada hari ini, kita memperingati peristiwa besar dalam sejarah ketauhidan yang sudah tidak asing bagi kita dan kisahnya terus berulang-ulang menunjukkan tentang pengorbanan agung Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS menunjukkan sebuah pengorbanan yang melampaui logika, namun dibingkai dalam keimanan yang kokoh dan ketundukan mutlak kepada Allah SWT.
Pertama, saya yang bertugas khatib pada kesempatan hari ini izin menjelaskan sedikit tentang hakikat ibadah kurban.
Ibadah kurban dalam syariat Islam adalah penyembelihan hewan ternak dan selalu terjadi di setiap Hari Raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik, yakni dari tanggal 11-13 Dzulhijjah.
Ibadah ini bukan sekedar tentang penyembelihan hewan kurban saja, namun jugasebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT (taqarrub ilallah).
Dalam Surat Al-Kautsar Ayat 2 memberikan isyarat setiap umat Muslim setidaknya harus berkurban, Allah SWT berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2).
Kurban juga memberikan arti tentang penyembelihan yang meliputi ego, nafsu di dunia, bahkan rasa memiliki terhadap yang kita cintai untuk istiqomah menjalankan perintah dari Allah SWT.
Jemaah shalat Id yang dibanggakan Allah
Sesungguhnya esensi yang begitu berarti adalah ketakwaan sebagai inti dan nilai dari ibadah kurban.
Salah satu pelajaran paling penting dari ibadah kurban adalah nilai ketakwaan. Surat Al-Hajj Ayat 37 menjadi dalil Al-Quran mengenai inti dari ibadah tersebut, Allah SWT berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin." (QS. Al-Hajj, 22:37).
Maka dari itu, tafsir ayat 37 dari Surat Al-Hajj menegaskan bahwa, yang Allah nilai bukanlah besar atau kecilnya hewan kurban, melainkan niat yang tulus dan pengorbanan dari hati.
Kurban adalah ibadah yang menguji sejauh mana kita ikhlas dalam menyerahkan sebagian dari harta dan rasa cinta kita demi Allah SWT.
Ibadallah,
Salah satu bagian manisfestasi kepeduliaan sosial terletak pada kurban. Hal ini membuktikan kurban lebih dari sekadar ibadah individual, namun juga menjadi sarana kepedulian sosial.
Daging kurban dibagikan kepada kaum fakir, miskin, dan kerabat menjadikan Hari Raya Idul Adha pada tahun 2025 ini sebagai waktu terbaik menciptakan kebahagiaan bersama.
Kurban membangun semangat berbagi, mengurangi kesenjangan, dan menumbuhkan solidaritas sosial.
Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan, semangat kurban menjadi bentuk nyata empati dan kasih sayang antar sesama umat Islam.
Jika mengacu pada Hadis Riwayat Imam At-Tirmidzi Nomor 1493, Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban." (HR. Tirmidzi).
Saudaraku yang hadir di shalat Id pada hari ini. Khutbah ini menekankan marilah kita membuat momentum Idul Adha 1446 H sebagai waktu untuk memperbarui niat dan tekad dalam meningkatkan ketakwaan serta memperluas kepedulian sosial.
Pelaksanaan kurban bukan sekadar sebagai tradisi tahunan, melainkan sebagai bentuk ibadah dan penguatan ukhuwah islamiyah.
Semoga Allah SWT menuntun kita agar masuk dalam golongan hamba-hamba yang bertakwa dan peduli kepada sesama khususnya umat Islam yang mengalami kesusahan, hingga kita berada dalam ridha-Nya.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kemenag RI, NU Online, Rumaysho, Buku Fiqhul Islami wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili.
Load more