Teks Khutbah Idul Adha 2025: Kurban Tak hanya Menyembelih, Makna Hakiki Sesungguhnya dari Kisah Nabi Ibrahim AS
- Freepik
tvOnenews.com - Makna hakiki kurban berkaca dari kisah Nabi Ibrahim AS saat diperintah menyembelih putranya, Nabi Ismail AS sebagai topik pembahasan dalam teks khutbah Idul Adha 2025.
Dalam teks khutbah Idul Adha ini, materi mengenai makna hakiki kurban menjadi aspek terpenting menunjukkan bagaimana Nabi Ibrahim AS memperlihatkan kepatuhannya kepada Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS harus rela menyembelih Nabi Ismail AS, sebagaimana menunjukkan tingkat ketaatannya tidak diragukan lagi.
Sebab, kisah ini sangat fenomenal jika mengacu kondisi bahwa tidak ada orang tua menginginkan buah hatinya disembelih oleh mereka sendiri.
Maka dari itu, tvOnenews.com akan membagikan tema teks khutbah Idul Adha pada pelaksanaan shalat Id dalam Hari Raya Idul Adha 2025 yang diselenggarakan pada 10 Dzulhijjah 1446 Hijriah.
Apabila mengacu pada jadwal kalender Hijriah dari Kementerian Agama (Kemenag) RI, tanggal 10 Dzulhijjrah 1446 H bertepatan pada Jumat 6, Juni 2025.
Judul materi teks khutbah Idul Adha ini bertajuk "Kurban Tak hanya Menyembelih, Makna Hakiki Sesungguhnya dari Kisah Nabi Ibrahim AS".
Teks Khutbah Idul Adha - Kurban Tak hanya Menyembelih, Makna Hakiki Sesungguhnya dari Kisah Nabi Ibrahim AS
- iStockPhoto
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jemaah shalat Id rahimahumullah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillaahil-hamdu.
Pertama-tama, segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan arti pengorbanan dan ketakwaan melalui kisah para nabi. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan kita sepanjang masa.
Pada kesempatan hari ini, kita akhirnya mendapat kenikmatan kembali merayakan Idul Adha pada 2025. Idul Adha menjadi dambaan bagi umat Muslim dianggap hari besar yang tak hanya identik dengan penyembelihan hewan, tetapi juga penuh dengan makna spiritual yang mendalam.
Marilah kita merenungkan kembali, bahwa kurban bukan sekadar menyembelih, tapi simbol dari totalitas penyerahan diri kepada Allah SWT, sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Nabi Ismail AS.
Hadirin shalat Id yang dikaruniai Allah Subhanahu wa Ta'ala
Pertama, saya selaku khatib bertugas pada sesi shalat Id hari ini akan menjelaskan sedikit tentang kisah pengorbanan yang agung antara Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Kisah ini telah diabadikan dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat Ayat 102–107, Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ, فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ, وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ, قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ, اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ, وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar. Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (QS. Ash-Shaffat, 37:102-107).
Ketaatan mutlak Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah, dan keikhlasan Nabi Ismail untuk dikorbankan, menjadi teladan abadi tentang bagaimana seharusnya seorang hamba tunduk pada Rabb-nya.
Saudaraku semua dibahagiakan Allah SWT
Seperti apa makna hakiki kurban? Dalam Surat Al-Hajj Ayat 37, Allah SWT berfirman dalam dalil Al-Quran:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin." (QS. Al-Hajj: 37).
Sejatinya, kurban tidak masuk dalam ritual kosong. Ibadah ini merupakan bentuk ketundukkan menyembelih hewan sembari menumpaskan ego, hawa nafsu hingga cinta dunia.
Melalui ibadah ini, kita diajak untuk lebih ikhlas, lapang dada, dan rela melepaskan apa yang paling kita cintai demi keridaan Allah SWT.
Ibadallah,
Di masa kini, makna kurban tetap relevan sebagaimana berlangsung sesuai dengan isyarat yang tertuang dalam dalil Al-Quran maupun hadis riwayat Rasulullah SAW.
Mungkin kita tidak diperintahkan menyembelih anak, namun kita diminta untuk berkorban waktu, harta, perasaan, bahkan kenyamanan, demi menjalankan syariat dan kebaikan sosial.
Kurban juga menjadi momen solidaritas, saat daging dibagikan kepada fakir miskin, mempererat ukhuwah dan menghapus sekat sosial.
Lebih dalam lagi, kurban bisa berarti berjuang meninggalkan dosa, memperbaiki diri, dan menegakkan kebenaran meski berat.
Kaum muslimin rahimahumullah
Saudaraku, mari kita menghidupkan ruh kurban dalam kehidupan sehari-hari. Jangan membiarkan Idul Adha berlalu hanya sebagai tradisi tahunan.
Kita harus menjadikan ibadah yang begitu spesial ini sebagai momen muhasabah, penguatan iman, dan peningkatan ketakwaan.
Semoga kita mampu meneladani Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam keikhlasan dan kepasrahan mereka. Semoga setiap hewan yang disembelih menjadi saksi pengorbanan kita di hadapan Allah.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kemenag RI, Tafsir Ibnu Katsir, kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur’an oleh Sayyid Quthb, NU Online, Muhammadiyah.
Load more