Santri Masih Terjebak, Gontor Berduka: Berikut Catatan Sejarah Pesantren Legendaris yang Berdiri Sejak Abad ke-18 Itu
- Website Resmi Gontor
Jakarta, tvOnenews.com - Pondok Modern Darussalam Gontor telah lama dikenal sebagai pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia. Namun pada hari ini, Jumat (25/4/2025) pesantren yang telah didirikan pada 20 September 1926 oleh tiga bersaudara—K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi itu mengalami musibah.
Santri Pondok Modern Darussalam Gontor mengalami kecelakaan saat tertimpa bangunan kolam di Kampus 5 Darul Qiyam, yang terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Jumat (25/4/2025). Hingga berita ini diturunkan, masih ada 4 santri yang tertimbun di bawah material bangunan.
Guru Senior Pondok Gontor 5, Muhib Huda Muhammady, menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi sekitar pukul 10.30 WIB, saat tembok kolam ambruk dan menimpa para santri yang sedang mandi serta mengantre untuk menggunakan kamar mandi.
"Dugaan kami disebabkan tanah longsor," ujar Muhib, Jumat (15/4/2025).
Sebagian besar korban merupakan siswa dari kelas IV, V, dan VI, telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Merah Putih untuk mendapatkan perawatan.
Hal ini tentu menyisakan duka sebab, pesantren Gontor memiliki andil besar dalam lahirnya generasi penerus bangsa Indonesia. Berikut sejarah dari Pesantren Gontor.
Melansir dari website resmi Gontor, perjalanan panjang Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada abad ke-18 dimana Pondok Tegalsari sebagai cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Bashari.
Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di pondok ini. Saat pondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang.
Namanya Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang padanya. Maka setelah santri Sultan Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia dinikahkan dengan putri Kyai dan diberi kepercayaan untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.
Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu, Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat, penyamun bahkan pemabuk.
Dengan bekal awal 40 santri, Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putra beliau yang bernama Kyai Anom Besari. Ketika Kyai Anom Besari wafat, Pondok diteruskan oleh generasi ketiga dari pendiri Gontor Lama dengan pimpinan Kyai Santoso Anom Besari.
Kemudian setelah perjalanan panjang tersebut, tibalah masa bagi generasi keempat. Tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menuntut ilmu ke berbagai lembaga pendidikan dan pesantren, dan kemudian kembali ke Gontor untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pondok Gontor. Mereka adalah;
- KH. Ahmad Sahal (1901-1977)
- KH. Zainuddin Fanani (1908-1967)
- KH. Imam Zarkasyi (1910-1985)
Ketika tokoh besar itulah yang kemudian memperbaharui sistem pendidikan di Gontor dan mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pada saat itu, jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kemudian, pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawal 1355, didirikanlah Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan menengah.
Dalam perjalanannya, sebuah perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) didirikan pada 17 November 1963 yang bertepatan dengan 1 Rajab 1383. Nama PTD ini kemudian berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD), yang selanjutnya berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Saat ini ISID memiliki tiga Fakultas: Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Ushuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama, dan Akidah dan Filsafat, dan Fakultas Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, dan jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam. Sejak tahun 1996 ISID telah memiliki kampus sendiri di Demangan, Siman, Ponorogo.(esa/put)
Load more