Teks Khutbah Jumat 25 April 2025: Saat Pemimpin Agama Lain Meninggal, Bagaimana Sikap Seorang Muslim?
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Tema mengenai cara sikap umat Muslim mendengar berita pemimpin agama lain meninggal dunia menjadi materi yang menarik dibahas dalam teks khutbah Jumat.
Dalam teks khutbah Jumat ini akan membagikan cara sikap seorang Muslim agar tidak menimbulkan kekeliruan jika ada kabar tokoh atau pemimpin agama lain wafat.
Sebab, tema teks khutbah Jumat pada kesempatan ini berkaitan dengan kondisi yang masih hangat terkait kabar pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus meninggal dunia.
Berdasarkan laporan dari Vatikan News, Paus Fransiskus meninggal dunia di kediamannya, di Vatikan pada Senin (21/4/2025) siang hari WIB.
Jenazah Paus Fransiskus akan dimakamkan dengan pemakaman yang sederhana di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma pada Sabtu (26/4/2025).
Oleh karena itu, tvOnenews.com akan merekomendasikan materi teks khutbah Jumat terkait pentingnya sikap seorang Muslim mendengar kabar pemimpin agama lain meninggal dunia.
Teks khutbah Jumat ini bersifat singkat dan bisa menjadi bahan materi untuk khatib shalat Jumat, 25 April 2025.
Ada pun judul teks khutbah Jumat singkat yang terbaru ini bertajuk "Saat Pemimpin Agama Lain Meninggal, Bagaimana Sikap Seorang Muslim?".
Teks Khutbah Jumat Tema Saat Pemimpin Agama Lain Meninggal, Bagaimana Sikap Seorang Muslim?
- iStockPhoto
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَعَزَّنَا بِهِ قُوَّةً وَإِيْمَانًا، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا فَجَعَلَنَا أَحِبَّةً وَإِخْوَانًا، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَنْزَلَ كِتَابَهُ هُدًى وَرَحْمَةً وَتِبْيَانًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، هَدَى اللهُ بِهِ مِنَ الضَّلَالَةِ، وَعَلَّمَ بِهِ مِنَ الْجَهَالَةِ، وَأَعَزَّ بِهِ بَعْدَ الذِّلَّةِ، وَكَثَّرَ بِهِ بَعْدَ القِلَّةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ كَانُوا لَهُ عَلَى الْحَقِّ إِخْوَانًا وَأَعْوَانًا؛ أَمَّا بَعْدُ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Kaum muslimin rahimahumullah
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala telah melimpahkan nikmat dan iman kepada hamba-hamba-Nya, sehingga kita dapat berkumpul kembali dengan keadaan sehat di masjid tercinta ini.
Sholawat serta salam tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Berkat beliau, kita mampu bertahan betapa nikmatnya bisa berpegang teguh pada agama Islam agar selamat di akhirat kelak.
Hadirin shalat Jumat yang dirahmati Allah
Kematian merupakan tidak hanya soal berpulang kepada Sang Pencipta, tetapi juga bagian takdir yang menyatukan seluruh umat manusia, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial.
Ketika seorang pemimpin agama non-Muslim wafat, muncul beragam reaksi dari umat Islam, ada yang menunjukkan simpati, ada pula yang mempertontonkan sinisme.
Lantas, bagaimana sebenarnya tuntunan Islam mengenai sikap dalam situasi seperti ini? Apakah cukup hanya berdiam atau justru Islam memiliki etika tersendiri dalam menyikapi wafatnya tokoh dari agama lain?
Oleh karena itu, khatib akan menjelaskan sedikit tentang ajaran Islam dan penghormatan terhadap sesama manusia.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi martabat manusia. Dalam Al-Quran dari Surat Al-Isra Ayat 70, Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ
Artinya: "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam..." (QS. Al-Isra: 70).
Dalam tafsir ayat ini menegaskan bahwa, manusia memiliki kehormatan sejak penciptaannya, terlepas dari latar belakang keyakinannya.
Terlebih lagi, dalam salah satu hadis riwayat, Rasulullah SAW pernah berdiri saat jenazah seorang Yahudi melewati beliau. Ketika sahabat bertanya mengapa beliau berdiri untuk jenazah non-Muslim, Rasulullah menjawab:
"Bukankah dia juga manusia?." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hal ini menunjukkan bahwa, Islam mengajarkan penghormatan terhadap sesama, terutama dalam momen sakral seperti kematian.
Sidang Jumat yang dibahagiakan oleh Allah
Khatib akan menjelaskan pentingnya menahan diri dari komentar negatif, tentunya yang berkaitan dengan adab, lisan, dan digital.
Era digital membuat kita mudah menyuarakan pendapat, namun Islam mengajarkan kehati-hatian dalam berbicara.
Banyak di antara kita tergelincir dalam ghibah, su’udzan, bahkan olok-olok ketika tokoh agama lain wafat.
Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian mencaci maki orang yang telah meninggal, karena mereka telah mendapatkan balasan dari apa yang mereka perbuat." (HR. Bukhari).
Diam, dalam banyak kondisi, adalah bentuk dari kecerdasan spiritual. Jika tidak bisa mendoakan, maka sebaiknya cukup dengan ucapan simpati yang umum, seperti "semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan."
Ma'asyiral muslimin rahimahumullah
Sebagian umat ragu menyampaikan belasungkawa karena khawatir dianggap mengaburkan akidah. Padahal, menyatakan simpati atas kematian seseorang tak sama dengan menyetujui keyakinannya.
Dalam sejarah, Rasulullah pernah menjenguk tetangga Yahudi yang sakit dan mengucapkan kata-kata baik. Ini membuktikan bahwa empati dan akidah bisa berjalan beriringan.
Ucapan simpati bukanlah pengakuan terhadap keimanan orang tersebut, tapi bukti dari adab Islam yang luhur.
Dalam dalil Al-Quran, sesungguhnya umat Islam sebagai rahmat bagi semesta, Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya:107).
Jemaah shalat Jumat yang dikaruniai Allah
Demikianlah sesi khutbah pertama disampaikan pada kesempatan ini. Maka sudah sepatutnya umat Muslim menjadi cerminan kasih sayang, bukan kebencian. Kematian tokoh agama lain adalah momen reflektif, bukan momen untuk menebar permusuhan.
Dengan menjaga adab dan menunjukkan kebesaran jiwa, umat Islam dapat memperlihatkan bahwa Islam tidak sekadar tegas dalam akidah, tapi juga lembut dalam muamalah. Sikap inilah yang menjadi kekuatan dakwah yang sesungguhnya.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
(hap)
Sumber Referensi: Tafsir Ibnu Katsir, Quran Kemenag RI, NU Online, konsep Fiqh al-Ta'ayush oleh Dr. Yusuf al-Qaradawi, dan Buku Adab al-Islam oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili.
Load more