Ruh Hewan Setelah Mati akan Pergi Kemana? Ternyata Begini Pandangan dalam Islam
- iStockPhoto
Sebagian ulama menafsirkan bahwa hewan tidak mengalami hisab amal perorangan seperti manusia, karena mereka tidak diberi taklif (beban syariat). Ini membedakan mereka dari manusia dalam hal perjalanan ruh setelah mati.
Pendapat Ulama tentang Ruh Hewan
Dilansir dari Tafsir Al-Qurthubi, para ulama berbeda pendapat mengenai keberlangsungan ruh hewan setelah mati.
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan bahwa ruh hewan tidak kekal dan mereka akan menjadi tanah setelah pengadilan di akhirat.
Namun sebagian ulama lain seperti Al-Qurthubi mengisyaratkan bahwa dalam kasus tertentu, hewan bisa berada di surga sebagai bentuk kasih sayang Allah.
Salah satu contohnya adalah anjing Ashabul Kahfi yang Allah abadikan dalam QS. Al-Kahfi: 18.
Meskipun tidak dijelaskan nasib ruhnya, hewan ini dianggap mulia karena kebersamaannya dengan orang-orang saleh.
5. Hikmah dan Pelajaran
Meskipun ruh hewan mungkin tidak abadi seperti ruh manusia, Islam memberikan perhatian besar terhadap perlakuan manusia terhadap hewan. Dikisahkan dalam hadis:
“Seorang wanita masuk neraka karena mengurung seekor kucing tanpa memberinya makan atau membiarkannya mencari makan.” (HR. Bukhari no. 2365)
Sebaliknya, ada kisah seorang lelaki masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan (HR. Bukhari no. 2363).
Ini menunjukkan bahwa manusia bertanggung jawab atas makhluk lain yang ada di bumi. Kehidupan hewan bukan sekadar ‘berakhir’ setelah mati, tapi bisa menjadi saksi atas kebaikan atau kezaliman manusia.
Kesimpulannya, Islam memandang bahwa hewan memiliki ruh dan akan diperlakukan adil oleh Allah di hari kiamat, meskipun mereka tidak akan dihisab seperti manusia.
Ruh hewan tidak kekal, namun perlakuan manusia terhadap mereka akan diperhitungkan.
Maka dari itu, memperlakukan hewan dengan kasih sayang dan adil adalah bentuk nyata dari ketaatan dan akhlak mulia dalam Islam.
(hap)
Load more