Ruh Hewan Setelah Mati akan Pergi Kemana? Ternyata Begini Pandangan dalam Islam
- iStockPhoto
tvOnenews.com - Pernahkah kita bertanya, ke mana ruh hewan pergi setelah mereka mati? Apakah mereka merasakan akhirat seperti manusia?
Dalam kehidupan sehari-hari, hewan sering menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, baik sebagai peliharaan, hewan ternak, maupun makhluk liar yang hidup berdampingan.
Namun, tidak banyak yang mengetahui bagaimana Islam memandang ruh hewan setelah kematian. Artikel ini akan mengulas hal tersebut berdasarkan Al-Quran, hadis, serta pendapat ulama.
Konsep Ruh dalam Islam
- Istimewa/istockphoto.com
Dalam Islam, ruh (roh) adalah entitas non-fisik yang diberikan Allah kepada makhluk hidup. Ruh merupakan ciptaan Allah yang sifatnya ghaib.
Dikutip dari Quran Kemenag RI, ruh ciptaan yang sifatnya gaib berdasarkan redaksi Al-Quran melalui Surat Al-Isra Ayat 85, Allah SWT berfirman:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra: 85)
Dilansir dari Tafsir Ibnu Katsir, ruh tidak hanya diberikan kepada manusia. Dalam QS. An-Nur ayat 41, disebutkan bahwa semua makhluk, termasuk hewan dan burung, bertasbih kepada Allah meskipun manusia tidak memahami cara mereka bertasbih.
Ruh Hewan Setelah Mati: Apa Kata Al-Quran dan Hadis?
Meskipun Al-Quran tidak menyebutkan secara eksplisit ke mana ruh hewan pergi setelah mati, sejumlah hadis memberikan petunjuk. Salah satunya adalah hadis sahih dari Muslim:
“Hak-hak pasti akan dipenuhi pada Hari Kiamat, hingga kambing yang tidak bertanduk akan dibalas oleh kambing yang bertanduk.” (HR. Muslim no. 2582)
Hadis ini menunjukkan bahwa hewan juga akan mendapatkan keadilan di hari kiamat atas perlakuan sesama mereka.
Namun setelah keadilan ditegakkan, ruh mereka akan dikembalikan ke tanah, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat lain.
Sebagian ulama menafsirkan bahwa hewan tidak mengalami hisab amal perorangan seperti manusia, karena mereka tidak diberi taklif (beban syariat). Ini membedakan mereka dari manusia dalam hal perjalanan ruh setelah mati.
Pendapat Ulama tentang Ruh Hewan
Dilansir dari Tafsir Al-Qurthubi, para ulama berbeda pendapat mengenai keberlangsungan ruh hewan setelah mati.
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan bahwa ruh hewan tidak kekal dan mereka akan menjadi tanah setelah pengadilan di akhirat.
Namun sebagian ulama lain seperti Al-Qurthubi mengisyaratkan bahwa dalam kasus tertentu, hewan bisa berada di surga sebagai bentuk kasih sayang Allah.
Salah satu contohnya adalah anjing Ashabul Kahfi yang Allah abadikan dalam QS. Al-Kahfi: 18.
Meskipun tidak dijelaskan nasib ruhnya, hewan ini dianggap mulia karena kebersamaannya dengan orang-orang saleh.
5. Hikmah dan Pelajaran
Meskipun ruh hewan mungkin tidak abadi seperti ruh manusia, Islam memberikan perhatian besar terhadap perlakuan manusia terhadap hewan. Dikisahkan dalam hadis:
“Seorang wanita masuk neraka karena mengurung seekor kucing tanpa memberinya makan atau membiarkannya mencari makan.” (HR. Bukhari no. 2365)
Sebaliknya, ada kisah seorang lelaki masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan (HR. Bukhari no. 2363).
Ini menunjukkan bahwa manusia bertanggung jawab atas makhluk lain yang ada di bumi. Kehidupan hewan bukan sekadar ‘berakhir’ setelah mati, tapi bisa menjadi saksi atas kebaikan atau kezaliman manusia.
Kesimpulannya, Islam memandang bahwa hewan memiliki ruh dan akan diperlakukan adil oleh Allah di hari kiamat, meskipun mereka tidak akan dihisab seperti manusia.
Ruh hewan tidak kekal, namun perlakuan manusia terhadap mereka akan diperhitungkan.
Maka dari itu, memperlakukan hewan dengan kasih sayang dan adil adalah bentuk nyata dari ketaatan dan akhlak mulia dalam Islam.
(hap)
Load more