Maraknya Konvoi Ugal-ugalan, Apa Hukum Tradisi Takbir Keliling Sambut Idul Fitri? Buya Yahya Jelaskan dari Ajaran Islam
- Tangkapan Layar YouTube Al-Bahjah TV
tvOnenews.com - Buya Yahya memahami takbir keliling telah menjadi tradisi di Indonesia setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri. Banyak masyarakat Indonesia sampai konvoi di malam takbiran.
Takbir keliling memang menjadi tradisi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, sehingga tak sedikit dari mereka pawai sampai ugal-ugalan bahkan menggunakan suara remix hingga petasan.
Sebelumnya, sejumlah warga Karawang melakukan aksi konvoi menyemarakkan malam takbiran sebagai bentuk menjalankan tradisi takbir keliling menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Ketika memeriahkan malam takbiran, puluhan ribu warga Karawang konvoi di wilayah perkotaan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (30/3/2025) malam hari.
Aksi konvoi tersebut ada yang sampai menaiki truk dan bak terbuka yang diduga atas hasil sewaan. Namun, beberapa warga sampai memutar lagu religi dan lagu remix.
Selain itu, ada juga yang menggunakan bedug hingga menyalakan petasan atau kembang api yang dikenal dengan barang red flare. Aksi ini dianggap mengganggu warga sekitar dan pengguna jalan.
Hukum Takbir Keliling Sambut Hari Raya Idul Fitri
- ANTARA/Winda Herman
Â
Sebagai pendakwah karismatik, Buya Yahya menguraikan hukum takbir keliling di malam takbiran untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri yang menjadi tradisi sulit terpisahkan di Indonesia.
Dilansir tvOnenews.com dari channel YouTube Al-Bahjah, Selasa (1/4/2025), Buya Yahya menjelaskan esensi dari takbir itu sendiri.
Menurut Buya Yahya, takbir bagian dari ibadah, baik bergetar saat malam Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha. Agama Islam sesungguhnya sangat menganjurkan hal tersebut.
"Akan tetapi, bagaimana cara kita melakukan takbir juga harus memperhatikan sesuai dengan ajaran agama (Islam)," kata Buya Yahya.
Pengasuh LPD Al Bahjah itu berpendapat, sebenarnya masih diperbolehkan untuk melakukan takbir keliling, dengan catatan tak memunculkan kegaduhan.
Ketertiban menjadi aspek terpenting saat takbir keliling. Buya Yahya menegaskan, aksi konvoi atau pawai yang ugal-ugalan bisa memberikan kemudaratan saat menyambut Idul Fitri.
"Namun, kalau bikin macet, mengganggu kenyamanan warga sekitar, apalagi berbahaya, sebaiknya jangan (konvoi) kalau bisa harus dihindari," tuturnya.
Buya Yahya menuturkan, hati dan lisan yang benar-benar berfungsi untuk mengagungkan Allah SWT bukti menunjukkan esensi takbir sesungguhnya.
Takbir yang benar dalam menyambut Idul Fitri, kata Buya Yahya, bisa mengumandangkannya di tempat ibadah, seperti masjid, musholah, bahkan rumahnya sendiri.
Ia menyarankan hal ini agar seseorang bisa lebih khusyuk saat mengagungkan Allah SWT. Menurutnya, ada nilai ibadah yang mengandung pahala besar ketimbang arak-arakkan di jalanan.
"Takbir yang tadinya ibadah (esensi) mendadak berubah memberikan tanda kemaksiatan, misalnya konvoi ugal-ugalan, menyalakan petasan (red flare), hingga membuat masyarakat tidak nyaman ketika istirahat," terangnya.
Pendakwah kelahiran asal Blitar itu menerangkan bahwa, mudarat yang terlampau jauh ketimbang manfaat dari takbir itu sendiri harus dihindari.
Hal ini menjadi aspek terpenting harus memahami keutamaan dari takbir dan mudarat yang ditimbulkan ketika takbir keliling di malam takbiran.
"Cara bertakbir yang baik mulai ditekankan dari sekarang, jangan ikut-ikutan zaman karena rentan mengganggu. Tujuan takbir yang utamanya memang mengagungkan Allah SWT, tidak arak-arakkan di jalan," jelasnya.
Buya Yahya lebih mengarahkan malam takbiran yang bermanfaat diisi dengan amalan-amalan, misalnya berdoa, berdzikir, dan mengerjakan ibadah lainnya yang memberikan pahala besar.
"Oleh karena itu, esensi malam takbiran menjadi waktu terbaik untuk memperbanyak ibadah dan mengagungkan Allah SWT," pesannya.
"Kekhusyukkan faktor utama didasari dengan hati yang ikhlas agar memperoleh keberkahan di Hari Raya Idul Fitri," tutupnya.
(hap)
Load more