Teks Khutbah Jumat Singkat 28 Maret 2025: Idul Fitri Menang dari Hawa Nafsu dan Awal Babak Perjalanan Baru
- iStockPhoto
Tak lupa, marilah kita mengucapkan sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang tetap istiqamah dalam menjalankan ajaran Islam.
Hari ini kita akan merefleksikan diri bagaimana kita bisa merayakan Idul Fitri, bukti keberhasilan kita dalam menahan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas ketakwaan.
Oleh karena itu, khutbah Jumat pada kesempatan ini akan membahas tentang makna kemenangan sejati atas hawa nafsu dan bagaimana kita memulai perjalanan baru dalam menjalankan kehidupan setelah Ramadhan.
Kaum muslimin rahimahumullah
Idul Fitri merupakan momen dan waktu yang paling dinanti oleh seluruh umat Islam setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Namun, kemenangan yang diraih bukan sekadar terbebas dari kewajiban puasa, melainkan keberhasilan dalam mengendalikan hawa nafsu serta memperbaiki diri agar menjadi insan yang lebih bertakwa.
Sebagaimana dalam redaksi Surat Al-Baqarah Ayat 183 mengenai perintah berpuasa, Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah, 2:183)
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama dari ibadah puasa adalah mencapai ketakwaan. Oleh karena itu, kemenangan sejati adalah ketika kita berhasil menjaga ketakwaan tersebut setelah Ramadhan berlalu.
Pertama, khatib akan menjelaskan terkait mengendalikan hawa nafsu sebagai tanda makna kemenangan sejati.
Selama bulan Ramadhan, kita diajarkan untuk menahan diri dari berbagai godaan, baik itu lapar, haus, maupun hawa nafsu lainnya.
Namun, ujian yang sesungguhnya adalah bagaimana kita tetap bisa mengendalikan hawa nafsu setelah Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam perkelahian, tetapi yang mampu menahan dirinya saat marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Load more