tvOnenews.com - Timnas Indonesia akan meneruskan perjuangannya di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dengan menjamu Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada hari ini, Selasa (25/3/2025) pukul 20.45 WIB.
Dengan peluang kedua tim yang masih terbuka untuk memperebutkan tiket menuju Piala Dunia 2026, Skuad Garuda kini perlu tuah dari Stadion Gelora Bung Karno untuk bisa menghajar mental dari The Pearl Divers.
Catatan sejarah kontra Timnas Indonesia dan Bahrain terbilang cukup pelik Sebab, dalam pertemuan pertama yang berlangsung di Stadion Nasional Bahrain, Riffa (10/10/2024), laga yang berlangsung sengit dengan dibumbui kontroversi dari wasit tersebut berakhir dengan skor imbang 2-2.
Sementara merunut jauh ke belakang, dalam lima kali pertemuan terakhir, tim nasional Indonesia tercatat hanya sekali meraih kemenangan atas timnas Bahrain.
Kemenangan tersebut terjadi pada 18 tahun silam tepatnya 10 Juli 2007, ketika tim Garuda bersaing di Piala Asia 2007.
Berstatus sebagai tuan rumah, Indonesia kala itu yang masih dihuni oleh wajah-wajah seperti Bambang Pamungkas, Ellie Eiboy, Charis Yulianto, Firman Utina hingga Yandri Pitoy mampu memetik kemenangan dengan skor 2-1.
Di tengah gemuruh sekitar 60 ribu penonton yang memenuhi Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Budi "Si Piton" Sudarsono membawa Tim Garuda unggul cepat ketika memasuki menit ke-14.
Namun, dalam kurun waktu 13 menit kemudian, Bahrain mampu menyamakan kedudukan melalui tandukan Sayed Jalal.
Terus digempur Bahrain, tak membuat Indonesia gentar. Tembakan dari luar kotak penalti Firman Utina membentur mistar gawang. Pergerakan dari Bambang Pamungkas kemudian berhasil menyambar bola muntah untuk membawa Indonesia unggul 2-1 pada menit ke-6
Gol Bambang Pamungkas ke gawang Bahrain dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2006 itu hingga kini menjadi salah satu momen yang paling dikenang oleh para penggemar sepak bola Indonesia.
Pesepak bola yang akrab disapa Bepe itu menunjukkan kepiawaiannya sebagai striker haus gol dengan mencetak gol indah yang membawa Indonesia unggul atas Bahrain.
Gol tersebut bukan hanya menjadi penentu dalam laga tersebut, tetapi juga menjadi bukti ketajaman Bepe sebagai striker Timnas Indonesia. Meski akhirnya Indonesia gagal melaju ke putaran selanjutnya, penampilan gemilangnya di laga itu tetap membekas dalam ingatan para pendukung Garuda.
Bambang Pamungkas, atau yang akrab disapa Bepe adalah ikon sepak bola Indonesia yang lahir pada 10 Juni 1980 di Semarang, Jawa Tengah. Ia dikenal sebagai striker tajam dengan kemampuan sundulan yang luar biasa serta insting mencetak gol yang tinggi. Sejak muda, bakatnya di dunia sepak bola sudah terlihat, hingga akhirnya ia bergabung dengan Persija Jakarta dan Timnas Indonesia.
Selain bersinar di Timnas Indonesia, Bepe juga menjadi ikon Persija Jakarta. Ia menghabiskan sebagian besar kariernya bersama klub berjuluk Macan Kemayoran itu dan menjadi legenda hidup bagi para The Jakmania. Selain itu, ia sempat merasakan bermain di luar negeri bersama Selangor FA di Malaysia.
Di level klub, Bambang Pamungkas sukses membawa Persija meraih berbagai gelar dan menjadi top skor di berbagai kompetisi. Loyalitasnya terhadap klub dan dedikasinya untuk sepak bola Indonesia membuatnya dihormati oleh banyak pemain dan penggemar.
Terbaru Bepe mengunggah mengajak agar semua belajar dari Rwanda, sebuah negeri yang menjadi kiblat Sepak Bola.
“???? ??????? ???? ??????. Sebuah peperangan akan sulit dimenangkan, jika kita sendiri tidak memahami siapa musuh kita yang sebenarnya,” tulis Bepe melalui akun Instagramnya.
Bepe pun kemudian menjelaskan secara rinci maksud perkataannya belajar dari Rwanda.ia menilai, saat ini Indonesia seperti tidak memiliki konsep dasar dalam melakukan pembangunan sepak bola nasional secara menyeluruh.
“Kita kesulitan dalam menginventarisasi aset, dan mengidentifikasi permasalahan mendasar sepak bola kita. Bagaimana kita bisa memenangi sebuah perperangan, jika kita sendiri tidak memahami siapa musuh kita yang sebenarnya,” tulisnya, dikutip tvOnenews.com dari blog pribadinya.
“Bagaimana kita bisa menaikkan kualitas sepak bola Indonesia, jika kita tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu) di mana letak permasalahan kita,” lanjutnya.
Ia kemudian mengingatkan bahwa sepak bola di negara-negara yang sepak bolanya maju, selalu dimulai dengan program yang bernama pengembangan pemain.
“Jadi, inti dari blueprint sepak bola negara-negara yang sepak bolanya sudah maju itu, ya tetap dimulai dari pembinaan usia dini yang berkualitas,” tandas Bepe.
Jika negara-negara yang sepak bolanya sudah "terlanjur" maju saja, masih menjadikan pembinaan usia dini sebagai tulang punggung maka Indonesia harusnya jauh lebih concern terhadap pembinaan tersebut.
“Masak iya kita yang sepak bolanya “semakin ke sini semakin ke sana” ini, tidak mau melakukan hal yang sama,” ujar Bepe.
Lalu bagaimana pendapat Bepe soal program akselerasi yang bernama naturalisasi?
Bepe menegaskan dirinya tidak pernah memiliki masalah dengan naturalisasi. Hal ini karena secara faktanya program itu membuat level timnas kita meningkat pesat.
“Lagi pula secara aturan, tidak ada yang dilanggar, mereka memang memiliki hak untuk bermain atas nama Indonesia,” ujar Bepe.
Namun Bepe mengingatkan bahwa itu program jangka pendek, harus ada program jangka panjang demi masa depan sepak bola Indonesia.
“Sekali lagi, program naturalisasi ini orientasinya juga jangka pendek, sedang investasi jangka panjang sepak bola kita ya tetaplah talenta-talenta muda kita yang bertebaran di seluruh penjuru negeri,” pesan Bepe.
Maka Bepe berharap program naturalisasi ini, juga dibarengi dengan kehadiran federasi dalam kelangsungan kompetisi-kompetisi kelompok umur yang berjenjang dan berkualitas. (put)
Load more