Apakah Makna Mudik Harus Pulang ke Kampung Halaman? Justru Ustaz Adi Hidayat Bilang Esensi Sebenarnya...
- Antara
tvOnenews.com - Mudik merupakan tradisi yang sudah melekat di tengah masyarakat Indonesia. Khususnya umat Muslim berbondong-bondong kembali menuju kampung halaman saat momen Lebaran.
Ustaz Adi Hidayat selaku Direktur Quantum Akhyar Institute menyoroti esensi mudik yang sering diartikan. Kebanyakan orang menganggap esensi mudik adalah berpulang ke kampung halaman.
Persoalan makna kembali ke kampung halaman, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengatakan, esensi mudik memunculkan pesan sebagai umat manusia ditakdirkan akan kembali kepada Allah SWT.
"Dan diderivasikan dari kata ada, ada yaudu ida adalah mudik kembali ke tempat asal," ujar Ustaz Adi Hidayat dilansir tvOnenews.com dari channel YouTube Adi Hidayat Official, Senin (24/3/2025).
Esensi Mudik Lebaran
- Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official
Â
UAH mengambil cuitan definisi dari kata mudik, sebenarnya dalam bahasa Arab memiliki arti ke tempat asal, istilahnya adalah terukur.
Dalam momen mudik, tempat berpulang tidak selalu dikaitkan balik ke kampung halaman, tetapi menjadi pengingat bahwa setiap makhluk bernyawa akan kembali kepada Sang Pencipta.
"Disebut oleh Al-Quran dengan kata ma'ad tempatnya ada yaudu edan tempatnya," ucap dia.
Sebagai tradisi tahunan, UAH mengatakan, banyak orang menyiapkan pembekalan sebelum pulang. Maksudnya, arti kata berpulang mengacu pada persiapan menuju akhirat selain urusan dunia.
"Maka ini memberikan kesan kepada kita untuk belajar, bahwa untuk bekal pulang level dunia saja kita menyiapkannya dengan serius sungguh-sungguh, maka bagaimana dengan kampung akhirat kita yang sesungguhnya itu tempat sejati dan abadi kita untuk berpulang?," terangnya.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu menuturkan bahwa, esensi mudik sesungguhnya akan kembali kepada Allah SWT, walaupun tidak menafikan makna mudik berpulang ke kampung halaman.
"Mudik kembali ke kampung akhirat, mudik untuk berjumpa menghadap Sang pencipta Allah subhanahu wa ta'ala," katanya.
Ia menyinggung gambaran orang yang rela kena macet di jalan. Kemacetan sebenarnya berarti antrean manusia hendak menuju akhirat kelak karena mereka akan melewati proses yaumul hisab.
"Dari situasi mudik ini kalau sekarang ada kemacetan sekarang ada kesulitan di perjalanan, ada keringat perlu lelah mengantre dan lain sebagainya, maka di akhirat nanti bukan hanya drama lagi tapi segala yang sejati sungguh terjadi," jelasnya.
Menurutnya, kemacetan di tengah sedang menyemarakkan mudik lebih berat daripada esensi mudik ke kampung halaman. Setiap manusia mendapat tantangan terberat selama menjalani hidup di dunia.
"Kepadatan, kepenatan menunggu hisab antrean saat kita mudik berpulang keharibaan Allah subhanahu wa ta'ala, persoalan terbesar apakah bekal kita cukup?," tanya dia.
Maka dari itu, pembekalan sebelum mudik menjadi bagian penting. Ibaratnya membekali secara keseluruhan sebelum benar-benar melakukan perjalanan menuju akhirat.
"Agar nanti rumah kita insya Allah di surga tertata rapi indah dan kita disambut oleh para malaikat, karena dengan bekal yang terbaik itu ada janji kenikmatan paripurna yang bisa kita rasakan," paparnya.
"Malaikat datang menyambut di setiap titian pintu surga dan mengatakan selamat Anda sabar dalam mencari bekal untuk pulang sekarang," sambung dia menjelaskan.
"Silakan nikmati tempat terindah yang telah disajikan dan belum pernah dijamah oleh makhluk Allah manapun yang pernah berkehidupan Quran surah ke-13 Ar-Ra'd di ayat ke-24," tandasnya.
(hap)
Load more