tvOnenews.com - Kisah Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bersama Presiden ke-2 RI Soeharto terkait cara shalat Tarawih sempat mencuri perhatian publik.
Gus Dur dan Soeharto saat itu sedang menikmati momentum kebersamaannya di suatu kesempatan pada bulan suci Ramadhan.
Tak disangka, Gus Dur lagi-lagi berkelakar dan menjadikan Soeharto sebagai targetnya. Gus menawarkan jumlah rakaat shalat Tarawih apakah memakai cara Nahdlatul Ulama (NU) lama atau cara NU baru.
Lantas, seperti apa kisah humor Gus Dur menawarkan cara shalat Tarawih kepada Soeharto? Yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Dilansir tvOnenews.com dari NU Online lewat rujukan buku Ngakak Bareng Gus Dur karya Muhammad Wahab Hasbullah, Gus Dur saat itu mendapat undangan dari Soeharto untuk meneghadiri buka puasa bersama.
Gus Dur menerima dan menghhadiri undangan itu, bahkan beliau menikmati buka puasa bersama Soeharto. Kiai Asrowi kebetulan mendampinginya pergi ke Jalan Cendana Jakarta.
Mereka pun langsung bergegas shalat Maghrib berjamaah setelah menikmati momentum buka puasa bersama. Kemudian, keduanya saling berdialog sembari minum secangkir kopi, teh, dan makanan.
Soeharto tidak ingin membuang momentum kebersamaannya dengan Gus Dur tiba-tiba bertanya, "Gus Dur sampai malam di sini?."
Namun, Gus Dur tidak memiliki banyak waktu karena memiliki agenda yang begitu padat, sehingga harus mengunjungi acara lain setelah menghadiri buka puasa bersama.
"Oh, iya ya ya silaken. Tapi kiainya kan di tinggal disini, ya?," tanya Soeharto kepada Gus Dur.
Pada momen inilah, bapak pluralisme itu mulai menunjukkan sisi humornya. Ia tiba-tiba menyinggung cara shalat Tarawih yang akan dilakukan oleh Soeharto.
Sebab, Gus Dur tampaknya tidak bisa mengerjakan Tarawih bersama Soeharto, namun akan diwakilkan oleh Kiai Asrowi untuk menjadi imam shalat sunnah tersebut.
"Shalat Tarawihnya nanti itu ngikutin NU lama atau NU baru?," tanya Gus Dur sambil humor kepada Soeharto.
Soeharto sempat merasa kebingungan karena menganggap NU hanya satu dan tidak ada perbedaannya. Iaa pun langsung menanyakan maksud yang disampaikan oleh Gus Dur.
"Lho, NU lama dengan NU baru, apa bedanya?," tanya Soeharto.
"Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu 23 rakaat," jelas Gus Dur.
Bagi Soeharto, tidak menjadi masalah apabila mengerjakan shalat Tarawih akan dipimpin sang kiai berjumlah 23 rakaat.
"Kalau NU baru seperti apa?," tanya Soeharto lagi kepada Gus Dur.
Tak disangka, Gus Dur mengatakan kalau cara Tarawih dari NU baru akan diskon dari segi jumlah rakaatnya, tanpa perlu mengerjakan 23 rakaat.
"Diskon 60 persen! Hahaha. Jadi shalat Tarawih dan Witirnya cuma tinggal 11 rakaat," ledek Gus Dur sambil diiringi gelak tawa Soeharto dan orang di sekitarnya.
Soeharto yang awalnya memilih 23 rakaat karena fisiknya merasa kuat, ia tiba-tiba mengatakan, "Ya sudah, saya ikut NU baru saja, pinggang saya sakit."
Gus Dur dan Soeharto merupakan mantan Presiden RI. Keduanya bahkan saling berselisih pendapat satu sama lain jika berurusan tentang politik.
Perbedaan pendapat Gus Dur dan Soeharto sangat berseberangan. Namun, hal tersebut tidak melunturkan hubungan keduanya untuk saling harmonis.
(hap)
Load more